Penduduk Jabodetabek, khususnya pengguna moda transportasi kereta jarak pendek commuterline pasti mengenal mesin merah bernama Commuterline Ticket Vending Mechine (CVIM). Keberadaaan mesin ini, mungkin diyakini mempermudah para pengguna jasa KRL dalam bertransaksi pembelian tiket harian berjamin atau menambah saldo Kartu Multi Trip. Namun, ada saja masalah dan kelemahan yang mungkin juga tidak diperhitungkan sebelumnya. Hingga ketika CVIM mulai "melayani" banyak para calon pengguna jasa KRL justru kebingungan. Sebelum lebih jauh membahas CVIM, mari kita lihat beberapa peraturan yang berlaku namun tidak ada dalam petunjuk penggunaan CVIM.
Peraturan CVIM adalah ;
1. CVIM tidak menerima uang pecahan seratus ribu rupiah
2. CVIM tidak menerima uang pecahan lima puluh ribu rupiah jika transaksi kurang dari atau senilai dua puluh ribu rupiah
3. CVIM hanya memberikan waktu selama tiga puluh detik untuk memasukkan uang kedalam mesin, setelah itu mesin akan berbunyi dan anda diberikan pilihan "Batal" atau "Lanjut"
4. CVIM tidak mengeluarkan bukti pembelian tiket harian berjamin, jadi pastikan anda benar - benar membeli tiket dengan tujuan yang benar. Karena tidak akan bisa dikoreksi setelah kartu keluar dari mesin.
5. CVIM hanya menerima maksimal pembelian empat kartu harian berjamin dengan tujuan sama dalam satu transaksi
Dari peraturan diatas yang tidak tertulis itu, maka akan ditemui beberapa kendala kelemahan CVIM di lapangan, seperti ;
1. Antrian mengular, karena kebanyakan calon pengguna jasa kebingungan dan tulisan (nama stasiun) di mesin terlalu kecil untuk sebagian orang.
2. Bagi mereka yang punya uang dengan pecahan "ditolak" harus menukarkan uang terlebih dahulu kepada petugas
3. Dalam satu stasiun, hanya ada satu petugas yang membantu CVIM untuk melayani anda. Kecuali Stasiun Bogor dan Stasiun Kota (dua stasiun sejauh yang saya tahu) mereka terkadang menyediakan dua petugas dalam membantu CVIM.