Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Sepucuk Surat untuk Kamu yang Ditinggalkan Kala Ramadan

4 Juni 2019   08:12 Diperbarui: 4 Juni 2019   13:48 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: aquariuslearning.co.id

Dear Sahabat Terbaik,

Saya turut berduka dengan kabar yang diterima sore tadi. Kabar ibu yang sangat kamu cintai berpulang tepat menjelang shalat ashar. Saat membaca pesan tersebut melalui whatapps grup, saya langsung mencucurkan air mata. Terbayang, kamu yang saat itu sedang sibuk menyusun kue lebaran, langsung panik.

Apalagi kamu hanya tinggal berdua dengan ibu karena ayah kamu sedang melakukan tugas kantor ke luar kota selama beberapa hari. Sementara adik semata wayang kamu sedang sibuk mengurus beberapa berkas untuk pengajuan beasiswa.

Tanpa melihat secara langsung, saya langsung tahu bagaimana histerisnya kamu saat orang yang paling kamu cintai bergeming kala dibangunkan untuk shalat ashar. Ibu yang disangka hanya tidur sejenak untuk melepas lelah usai membuat aneka kue lebaran, ternyata "tidur" untuk selamanya.

Andai dekat, saya sudah memelukmu. Atau setidaknya membantu menyeka air matamu. Saya tahu bagaimana rasanya kehilangan ibu. Satu dari orang yang paling penting dalam hidup kita, setelah ayah. Apalagi ini terjadi saat Ramadan, hanya menghitung hari menjelang Idulfitri.

Saya tahu, saat ini kamu pasti tidak mengharapkan penghiburan apapun, selain kesempatan untuk dibiarkan sendiri. Menangis sepuasnya, mengenang semua hal baik yang sudah kamu dan ibu lewati. 

Menangislah tidak apa-apa, bila itu membuatmu lega. Bila itu membuatmu merasa lebih baik. Salurkan semua kesedihan melalui cucuran air mata.

Setelah cukup kuat, cobalah "bangkit". Tak baik memendam kesedihan terlalu lama.

Bila ibumu melihat, beliau pasti akan sedih. Beliau pasti tak akan rela si putri kesayangan terus berduka. Terlebih kehilangan semangat untuk melakukan apapun, termasuk makan yang selama ini menjadi konsen beliau agar kamu tetap sehat.

Setiap orang pasti meninggal. Hanya waktunya terkadang yang tidak sama. Kita semua yang ada di dunia ini hanya menunggu antrean. Entah besok, entah lusa. Tak ada yang tahu. 

Nenek saya bilang, kita seharusnya bersyukur orang yang kita cintai meninggal saat kita dalam keadaan baik.
Saat kita bisa mengurus jenazahnya sesuai dengan syariat Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun