Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

5 Film Paling Membekas (Indonesia)

12 Desember 2013   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:01 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya saya agak kecewa dengan kondisi perfilman nasional saat ini. Setelah bangkit dari keterpukuran, perfilman Indonesia seakan kembali terdegradasi secara kualitas. Lihat saja film-film yang mentas di bioskop didominasi dengan tema sex gak mutu, komedi dangkal, dan horor menggelikan.

Idealisme para pekerja film di Indonesia harus menghadapi produser yang pragmatis. Yang hanya menginginkan profit dan tak mau peduli film tersebut bagus atau tidak.

Beruntung kita masih punya orang seperti Deddy Mizwar, Riri Riza, dan Mira Lesmana. Mereka telah berjanji tidak akan mengikuti arus. Kejujuran dan idealisme akan tetap mereka pakai untuk menghasilkan karya bermutu.

Saya akan terkesan naif, jika sebagai orang Indonesia tapi tidak mengapresiasi hasil karya film dalam negeri. Siapa lagi yang akan menonton film Indonesia kalau bukan orang Indonesia. Film kita harus menjadi tuan rumah di negara sendiri.

Dan inilah 5 Film Indonesia paling berkesan yang pernah saya tonton:

1.CATATAN SI BOY

[caption id="attachment_283354" align="alignleft" width="193" caption="   (www.google.com/imgres?imgurl)"][/caption]

Film yang dirilis tahun 1987 hingga sekuel ke-4, buatan sutradara Nasri Cheppy. Jaman itu siapa tak kenal Boy? yang memang tidak akan pernah pas diperankan selain Onky Alexander. Film ini menjadi fenomena yang mempengaruhi kehidupan banyak anak muda Indonesia.

Karakter Boy oleh Nasri digambarkan laki-laki ”sempurna”: Gagah, tajir, alim, pintar, jago berkelahi, baik hati dan tidak sombong, dsb. Sosok Boy membuat para lelaki ngiri tapi membuat kaum perempuan klepek-klepek.

Ceritanya standar, karakter-karakter tokohnya pun datar saja, kecuali tokoh Emon yang diperankan dengan gokil oleh Didi Petet.  Hingga kini peran-peran banci, belum ada yang bisa senatural akting Didi. Sebenarnya karakter Emonlah yang membuat saya mengingat Film Catatan si Boy.

2. NAGA BONAR

[caption id="attachment_283355" align="alignleft" width="245" caption="(http://www.google.com/imgres?imgurl=http://upload.wikimedia.org/wikipedia/)"]

1386813000583072643
1386813000583072643
[/caption]

Rilis di tahun yang sama dengan CSB, mengambil latar peristiwa perang kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara. Skenarionya ditulis oleh Asrul Sani dan disutradarai MT. Risyaf.

Aksi perjuangan pencopet Naga Bonar (Deddy Mizwar) bersama sahabat sejatinya Bujang melawan Belanda, lalu kisah asmara merebut cinta sang pujaan hati, Kirana (Nurul Arifin) adalah kekuatan cerita yang terus melekat hingga kini.

Alasan itu film diremaster tahun 2008 dengan judul Naga Bonar jadi Dua. Deddy Mizwar tak main-main, dengan mengajak artis-artis papan atas seperti Tora Sudiro, Wulan Guritno dll.  Alhasil film ini sukses besar. Namun hukum kepuasan marjinal tetap berlaku. Bahwa tak mungkin sekuel kedua, ketiga, sebuah Film (atau buku), dimanapun akan mampu menyamai versi originalnya. Kalau terjadi.  Apa kata duniaa?

3. GIE

[caption id="attachment_283357" align="alignleft" width="400" caption="http://milesfilms.net/en/gie/"]

13868131441330257900
13868131441330257900
[/caption]

Saya tak ragu mengatakan, Gie adalah Film dengan sinematografi terbaik Indonesia sepanjang sejarah. Riri Riza dan Miles tampak sangat niat membesut Gie. Film ini memerlukan riset-riset yang panjang, perijinan belit birokrasi, dan sulitnya menciptakan atmosfer tahun 60-an. Masa suram perpolitikan Indonesia.

Diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karangan Gie sendiri.mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie (diperankan Nicholas Saputra), mahasiswa UI yang dikenal sebagai aktifis dan pecinta alam.

Semangat berjuang, setia kawan, dan hatinya yang dipenuhi kepedulian  akan orang lain, membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan, dan bercita-cita Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran.

Mahasiswa keturunan ini adalah seorang pemberontak. "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan." Itu adalah prinsip hidup yang dia pertahankan sampai menemui ajal di Gunung Semeru dalam usia 27 tahun.

4. KETIKA

[caption id="attachment_283358" align="alignleft" width="139" caption="http://ncenmovie.blogspot.com/2007_12_01_archive.html"]

13868131921192823134
13868131921192823134
[/caption]

Saya tidak pernah tahu film Ketika pernah beredar di Bioskop sampai saya menemukan VCDnya di rental langganan. Hanya modal membaca resensi singkat di balik Cover VCD itu serta jaminan akting Deddy Mizwar dan Lidya Kandauw sudah cukup membuat saya berminat menonton.

Lemah memang dalam sinematografi, sangat sinetron. Namun alur cerita yang ditulis Musfar Yasin,  kental dengan muatan sindiran sosial dan hukum. Diawali dengan pengusaha kaya, keluarga Tajir Saldono (nama yang aneh), mengalami pailit total dan harus menjalani hidup miskin bersama istri dan anaknya, Mutiara.

Setelah itu cerita bergulir dengan dialog-dialog ringan tapi cerdas, khas ala Deddy Mizwar. Kisah percintaan seru anak muda juga banyak ditampilkan melalui karakter Ical dan Mutiara yang diperankan pasangan Lucky Hakim dan Senandung Nacita (kini Presenter berita SCTV).

Anda juga akan terhibur dengan kejutan-kejutan aktor kawakan yang muncul hanya satu scene seperti Didi Petet, Rano Karno, Miing, Opie Kumis dll. Yang pasti Ketika adalah fim di atas rata-rata.

5. LASKAR PELANGI

[caption id="attachment_283360" align="alignleft" width="188" caption="http://milesfilms.net/en/laskar-pelangi/"]

1386813302311536627
1386813302311536627
[/caption]

Kembali duet Riri Riza dan Miles menggebrak untuk menyingkirkan film-film komedi sex dan mistis yang beredar. Merupakan karya adaptasi dari buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Difilm, skenarionya ditulis oleh Salman Aristo.

Semangat belajar dan persahabatan 10 murid SD Muhammadiah (saya juga sekolah di Muhammadiyah), lalu dedikasi tiada henti dua guru, Pak Harfan (Ikranegara) dan Ibu Muslimah (Cut Mini), serta pengenalan kebudayaan melayu di Belitong merupakan, suatu rangkaian cerita apik yang dikemas secara professional.

Kini saya sudah tak sabar menunggu duet Riri-Miles menggarap proyek terbarunya yang lebih dahsyat, Bumi Manusia!  Buku roman karya penulis terbaik Indonesia Pramoedya Ananta Toer.

Bravo Film Indonesia. Maju terus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun