Mohon tunggu...
Cicin Yulianti
Cicin Yulianti Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjajaran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Wacana Berkelanjutan Soal Sampah

30 Mei 2019   12:00 Diperbarui: 30 Mei 2019   12:09 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manusia dan alam memang tak bisa dipisahkan keberadaanya. Eksploitasi alam yang secara terus-menerus terjadi, bisa memberikan dampak buruk bagi kehidupan manusia maupun alam itu sendiri. Lingkungan yang pada dasarnya merupakan tempat bersandar manusia, patut kita jaga dengan sebaik-baiknya. Namun, tak sedikit manusia yang paham betul dengan peran serta lingkungannya. Banjir, longsor, polutan dan limbah berbahaya merupakan segelintir contoh nyata dari hasil prilaku buruk manusia. Bukannya memperindah lingkungan dengan hal yang dapat menambah fungsi maupun nilai estetis, sebagian manusia malah membuat terguncangnya keseimbangan alam. 

Oleh karena itu, perlu adanya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs. Sebagai agenda dunia, SDGs memiliki 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari tujuan pembangunan sebelumnya, yakni Tujuan Pembangunan Milenium.

Dalam rangka mengembangkan lingkungan yang sehat dan bersih, maka perlu adanya suatu penanganan nyata yang dilakukan manusia. Berawal dari hal kecil, seperti penumpukkan sampah. Berbagai macam produk baik makanan,minuman,industri,sandang maupun elektronik tak lepas dengan salah satu faktor pendorong penjualannya yaitu kemasan. Ketertarikan konsumen dalam mempertimbangkan barang yang akan dibelinya bukan saja ada pada kualitas produk, melainkan dalam hal kemasan juga. Semakin unik dan menarik kemasan luar sebuah produk, maka peluang terjualnya juga akan semakin besar. 

Oleh karena itu, peningkatan konsumsi yang terus-menerus menjadikan semakin maraknya penggunaan baik kemasan organik maupun kemasan non organik. Macam-macam jenis sampah yang sering kita temui diantaranya plastik, kertas, kaleng,kaca dan styrofoam. Adapun yang paling mendominasi adalah sampah plastik. Bagaimana tidak, semua kegiatan manusia pada saat ini sangatlah akrab dengan yang namanya plastik. Makanan, minuman, alat elektronik, obat-obatan hampir semuanya menjadikan plastik sebagai kemasan yang paling efektif. Bukan hanya dijadikan kemasan saja, bahan dasar peralatan rumah tangga pun semakin banyak yang memanfaatkan plastik sebagai bahan dasarnya. Harga murah menjadikan plastik sebagai pilihan yang tepat untuk bersaing di pasaran.

Indonesia memang sebagai penghasil limbah plastik yang cukup banyak dibanding negara-negara lain. Lihat saja di ibu kota, berdasar  data Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, ibu kota setiap tahun menyumbangkan 2,5 juta ton sampah. Bayangkan saja, itu baru di satu kota. Jika terhitung di satu kota sudah menghasilkan sampah plastik sebesar itu, maka bisa diperkirakan di Indonesia ada sekitar 85 juta ton per tahun sampah plastik. Memang sangatlah fantastis untuk sebuah negara berkembang seperti Indonesia. Namun hal ini tak dapat diurungkan begitu saja. Perlu adanya upaya lingkungan yang berkelanjutan. Bukan sekadar mengkonsumsi saja, tapi perlu ada juga bentuk tanggung jawab yang dihasilkan setelah mengkonsumsi.

Berbeda dengan Indonesia, Jepang telah memiliki salah satu terobosan dalam menangglangi sampah. Terdapat teknologi khusus yang bisa memilih dan memilah sampah. Mulai dari sampah kertas, plastik,botol dan kaca dikelola secara terpisah. Akan lebih baik, jika di Indonesia juga terdapat teknologi seperti itu.jika sampah kertas masih bisa terurai atau dijadikan sebagai bahan kompos, lalu bagaimana dengan sampah plastik yang memakan waktu hampir 1000 tahun untuk menguraikannya? Dibakar akan menyebabkan polusi udara, dibuang begitu saja hasilnya bukit sampah yang menjulang, berarti perlu adanya upaya lain yang bisa menjadi solusi penanganan masalah tersebut. Dengan kata lain, kita  bisa memilih di antara 3 pilihan yang bisa dilakukan ,yaitu buang, daur ulang atau kurangi.

Pertama, buang. Buanglah sampah pada tempat yang seharusnya. Ibarat seekor paus yang habitat aslinya di laut. Saat paus terdampar ke pesisir pantai, maka paus tersebut hanya akan jadi bangkai yang membusuk dan tentunya akan menggangu warga sekitar pantai karena bau busuk, terlebih jika tidak ada tindak lanjut dari warga tersebut dan hanya membiarkan bangkai paus tetap berada di sana. 

Begitupun sampah, mereka juga memiliki tempat hunian yaitu di dalam tempat sampah. Akan sangat disayangkan, jika kita sendiri tidak tahu apa yang diinginkan sampah itu sendiri. Mereka hanya ingin ditempatkan di tempat yang layak dan tidak mau terus disalahkan oleh manusia karena menjadi pembuat masalah lingkungan. Bukankah manusia sendiri yang menjadikan sampah bertebaran dimana-mana?Lantas mengapa terus saja menyalahkan sampah itu sendiri?

Kedua, daur ulang. Hampir sebagian besar dunia didominasi oleh perairan. Di balik itu, alam telah menyediakan suatu proses yang dinamakan siklus air. Dimana air akan terus di daur ulang lewat hujan. Oleh karena itu, sampai saat ini kita tak pernah kehabisan air. Sama seperti air, sampah plastik pun akan lebih memiliki nilai fungsi jika pemanfaatannya dilakukan dengan benar. 

Contohnya dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi berbagai kerajinan seperti tas,karpet,dompet dan lain sebagainya. Di samping itu, upaya pendaur ulangan sampah plastik  bisa menambah  nilai gunanya. Dunia kreativitas pun akan bertambah seiring meningkatkan pendaur ulangan sampah. Bahkan hal tersebut, akan membuat industri dan perekonomian melambung pesat, jika kemampuan masyarakat dalam pendaur ulangan ini ditingkatkan.

Ketiga, kurangi. Tidak bisa dipungkiri, bahwa tiap tahun jumlah sampah di Indonesia makin membludak. Semakin banyak populasi manusia, maka makin banyak pula sampah plastik. Dengan mengurangi penggunaan produk yang kemasannya menggunakan plastik, sedikitnya peningkatan jumlah sampah plastik bisa tertekan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun