Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pilih Tinggal di Apartemen walau Kecil atau 'Landed House' di Pinggiran Jakarta?

22 Agustus 2013   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:58 2961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_282703" align="aligncenter" width="568" caption="jakartacity.olx.co.id"][/caption]

Berangan2 memiliki sebuah rumah dari sebuah apartemen ( atau sebaliknya ) .....

Sebuah komentar di salah satu artikelku, sanat mengusik pikiranku. Mungkin biasa2 saja jika orang yag membaca tdak tahu duduk-persoalannya, tetapi untukku sebagai arsitek, urban planning serta pemerhati Jakarta, aku seakan tidak dianggap tahu oleh si komentator tersebut, tentang sebuah kota metropolitan selevel Jakarta ini, dianggap sebagai kota yang SEHARUSNYA sudah memakai kriteria2 status dan prestisius sebagai kota dunia ......

Si komentator tersebut sangat percaya diri bahwa kota Jakarta itu sekarang sudah seharusnya hanya membangun apartemen2 untuk tempat tinggal warganya, BUKAN perumahan 'landed' ( rumah tunggal di atas tanah ). Begitu aku membacanya, aku terpengarah .....

***

Seperti yang kita ketahui, Jakarta adalah sebuah 'kota tumbuh', bermula sejak jaman kolonial Hindia-Belanda, dari perkampungan kecil berkembang menjadi besar, menjadi perkotaan, dengan bangunan2 sederhana berlanggam Belanda peranakan, serta arsitektural Belanda, China serta budaya lokal. Dan itu terus berkembang sampai kemerdekaan. Setelah itu, pembangunan bangunan berlanggam Belanda tidak ada lagi. Yang ada, pemerintah mulai merawat bangunan2 yang ada sekarang, wlau pada kenyataannya sangat memprihatinkan ......

Lalu jamannya berubah. Penduduk Jakarta mulai mengerti tentang konsep2 perkotaan, terus dan terus sampai sekarang. Tetapi ternyata pun, konsep perkotaan jakarta dipenuhi dengan langgam budaya luaar, yang dianggap sebagai 'kehidupan modern'. Desain2 bangunan di Jakarta, tidak sesjuai dengan budaya lokal sehingga konsep kota pun bergeser. Dari yang ( katanya ) tidak etis untuk bicara tentang sejarah bangunan Belanda serta China ( karena Jakarta adalah Jakarta, dengan budaya2 lokalnya, lihat tulisanku 'Multi-Culture' : Betawi, China Town dan Dutch Town untuk Tujuan Wisata Jakarta : Konsep Dariku, Mungkinkah? ), sampai dengan kenyataannya bahwa 'lepas dari penjajahan secara fisik, jakarta juga diajah secara desain fisik kota', dengan bangunan2 yang sebenarnya tidak cocok dengan fisik dan lingkungan Jakarta ( lihat tulisanku "Wah, Silau Banget, ya?" Cerita Tentang 'Glassy Building' dan Memangnya Jakarta Mau Diubah Menjadi 'Kota Shopping?').

Itu baru tentang fisik bangunan, yang terlihat kasat mata saja. Bagaimana dengan konsep hidup perkotaan?

Banyak sekali permasalahan dengan tergesrnya nilai2 desain serta tata ruang kota. Baik karena keengganan warga kota untuk membantu 'Jakarta lebih baik' dengan ketidak-peduliannya dalam keegoisan pribadi, maupun keadaan yang dianggap 'modern' bagi seelompok warga bahkan orang2 muda dan eksekutif2 muda yang merasa tidak modern jika mau tinggal di 'landed house'( rumah tunggal di atas tanah ) yang jauh dari perkotaan! Mereka lebih memilih untuk mencari dan membeli apartemen deang luas sekitar 30 m2-an sampai 100 m2, dan dengan harga yang sangat mahal, tidak setara dengan 'landed house' .....

Itu memang fenomena sebuah kiota modern dengan generasi2 baru, yang lebih memilih kepraktisan, walau tidak diselingi oleh kepedulian. Apakah  ada yang peduli, bahwa kepraktisan itu akan 'menghancur-leburkan' mimpi2 warga kota menengah kebawah, secara mereka pasti tidak akan mampu untuk mempeli apartemen? Apakah ada yang terpikir,walau mereka mampu, tetapi mereka tidak bisa tinggal di apartemen dengan hanyya luas unit yang kecil serta tidak adanya kehidupan yang berhubungan dengan lingkungan alamnya? Untuuk, tinggal di apartemen adalah 'penjara!'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun