Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Sony Dwi Kuncoro yang Menolak Tunduk pada Usia

27 Februari 2017   13:40 Diperbarui: 28 Februari 2017   20:00 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sony Dwi Kuncoro/Kompas.com

Di balik perang bintang Djarum Superliga Badminton 2017 yang baru saja usai, Minggu (26/2) kemarin, ada sosok yang mencuri perhatian. Sony Dwi Kuncoro. Tahun ini ia akan berusia 33 tahun tetapi energi dan semangatnya masih menyala.

Selama kurang lebih sepekan, Sony berjibaku bersama timnya Berkat Abadi Banjarmasin. Sony turut memperkuat tim debutan, sekaligus satu-satunya dari luar Pulau Jawa, itu bersama sejumlah pemain senior  baik dari dalam maupun mancanegara seperti Kenichi Tago dari Jepang, Tommy Sugiarto, Tanongsak Saensomboonsuk (Thailand), Tan Boon Heong (Malaysia), Yoo Yeon-seong (Korea Selatan), Hendra Setiawan dan Markis Kido.

Sony mendapat kesempatan cukup meski di nomor tunggal harus bersaing dengan Tommy, Kenichi, Tanongsak  hingga pemain muda Krishna Adi Nugraha. Tercatat hingga perebutan tempat ketiga menghadapi Mutiara Cardinal Bandung, Sony masih diberi kesempatan bermain oleh Vincentius Ely Yanto, manajer tim. Ia menjadi tunggal kedua yang bermain di partai ketiga menghadapi Firman Abdul Kholik.

Di laga tersebut Sony menyerah dua game langsung dengan skor 9-21 dan 19-21 dalam tempo 43 menit. Namun secara keseluruhan tim asal Kalimantan Selatan itu sukses mengungguli tim dari Kota Kembang, 3-2 sekaligus berhak atas posisi ketiga.

Sepanjang turnamen ini Sony benar-benar diuji oleh para pemain muda. Seperti di laga sebelumnya, di babak penyisihan Grup B, ia menghadapi Ihsan Maulana Mustofa. Sony terlihat keteteran meladeni pemain yang sepuluh tahun lebih muda darinya. Baik dari segi kecepatan maupun taktik, pemain muda dari Tasikmalaya itu unggul. Sony pun kalah straight set 12-21 17-21.

Sony usai menghadapi Ihsan Maulana Mustofa di Djarum Superliga 2017/Kompas.com
Sony usai menghadapi Ihsan Maulana Mustofa di Djarum Superliga 2017/Kompas.com
Sony memang kalah dari Ihsan dan Firman. Tetapi pemain asal Surabaya itu tidak lantas tunduk pada semua pemain muda lainnya. Buktinya di babak penyisihan grup, Sony mampu mengandaskan dua pemain asing. Fikri Ihsandi Hadmadi dari tim Sports Affair (Malaysia) dan Takdanai Boonrawd dari tim Granular (Thailand) bertekuk lutut dihadapan Sony. Fikri menyerah setelah berjuang lebih dari satu jam dengan skor akhir 14-21 21-13 21-18 sementara Takdanai kandas dua game langsung, 10-21 dan 7-21, hanya dalam tempo setengah jam.

Keberadaan Sony hingga saat ini tak lepas dari perjuangan keras yang dilaluinya sejak keluar dari pelatnas pada 2014. Sejak itu ia berjuang sendiri dengan hanya ditemani sang istri Gading Safitr yang juga bertindak sebagai pelatihnya. Bersama Gading, Sony bangkit. Gading menumbuhkan kembali semangat sang suami dan menepis segala keraguan yang datang dari lingkungan sekitar.

"Dua tahun yang lalu orang-orang di toko-toko kecil berkata, 'Ngapain, Son? Sudah, pensiun saja. Sudah waktunya berhenti,’” ungkap Gading kepada CCN Indonesia, menirukan suara pesimis yang disambutnya dengan tawa kecil.

 Keraguan tersebut akhirnya terjawab tahun lalu. Itulah periode penting yang menjadi titik balik dalam karir Sony. Berjuang dengan mengandalkan kekuatan dan sumberdaya sendiri, Sony mampu melejit di turnamen Singapura Open Super Series.

Mengandaskan pemain yang jauh lebih muda dan secara peringkat pun jauh lebih tinggi, Son Wan Ho di partai final membuat nama Sony kembali disebut. Kemenangan rubber set, 21-16 13-21 21-14, menghadirkan keterkejutan dan rasa tidak percaya publik Indonesia dan dunia. Namun rasa campur aduk itu tidak menafikan kenyataan bahwa Sony telah kembali ke panggung bulu tangkis.

Salah satu aksi Gading Safitri saat mendampingi suaminya bertanding/bola.com
Salah satu aksi Gading Safitri saat mendampingi suaminya bertanding/bola.com
Menurut kesaksian Gading, mental baja dan pantang menyerah sang suami tak ubahnya harta berharga yang tak bisa direbut siapapun. Sony boleh saja dikalahkan oleh pemain lain dan peringkatnya boleh saja direbut. Saat masih berjaya Sony pernah bertengger di urutan dua dunia, kemudian turun satu strip ke tiga dunia, lantas terjun bebas ke urutan 70 bahkan hingga 100 dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun