Mohon tunggu...
Kang Galuh
Kang Galuh Mohon Tunggu... -

Senang mengamati. Mengulik-ngulik hikmah di balik peristiwa. Suka menyambungkan apa-apa yang ngga nyambung. http://kanggaluh.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar dari Sepak Bola, Sebuah Analogi

16 September 2017   07:23 Diperbarui: 18 September 2017   10:39 4069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sportskeeda.com

Siapa yang tidak suka sepak bola? Olahraga yang paling populer sedunia ini. Dua puluh dua orang berlarian mengejar-ngejar si kulit bundar kesana kemari. Aksi-aksi individu dan kerjasama tim yang menarik untuk disaksikan.

Nah, sebenarnya, ada analogi yang menarik dari olahraga sepak bola ini. Sebuah analogi tentang apa yang terjadi dalam hidup kita. Begini ceritanya.

Waktu Permainan

Berapa lama waktu normal sebuah pertandingan sepak bola? Yup, betul sekali, 2 x 45 menit untuk setiap pertandingannya. Setiap tim punya waktu selama 90 menit untuk memenangkan sebuah pertandingan. Kalau kita ibaratkan hidup kita sebagai sebuah pertandingan sepak bola, 2 x 45 menit waktu kita adalah sepanjang umur kita. Selama kita masih hidup di dunia ini. Itulah waktu yang kita miliki untuk melakukan peran kita di bumi ini. Hanya selama itulah kita bisa terlibat dalam "pertandingan" dalam hidup kita.

Tujuan Permainan

Apa sih tujuan dari sebuah pertandingan sepak bola? Mencetak gol sebanyak-banyaknya. Itu tujuannya. Pertanyaan selanjutnya, pada saat sebuah tim berhasil mencetak sebuah gol, apakah permainan berakhir? Tidak. Mereka harus terus mencetak gol, gol, dan gol. Sebanyak yang mereka bisa selama pertandingan masih berjalan. Sebanyak mungkin.

Pun begitu dalam hidup kita. Kita harus membuat sebanyak mungkin gol (baca: kebaikan) untuk bisa memenangkan "pertandingan" dalam hidup kita. Memang siapa lawan kita? Tidak lain dan tidak bukan, ia adalah musuh kita di dunia ini. Setan yang selalu menggoda kita untuk berbuat keburukan. Pada saat ia mengajak untuk berbuat keburukan, manakah yang kita pilih? Kebaikan atau keburukan? Kalau kita memilih untuk tetap di atas kebaikan, pada saat itulah kita berhasil mencetak gol. 

Membuat setan memungut bola dari gawangnya. Dan permain dilanjutkan kembali. Tapi, ada kalanya kita kebobolan. Setan berhasil mencetak gol ke gawang kita. Kita berbuat hal-hal buruk. Tapi selama pertandingan masih berjalan, selalu ada kesempatan untuk membalas gol tersebut. Menyamakan kedudukan bahkan memenangkan pertandingan.

Jebakan Offside

Pada saat seorang striker berhasil mencetak gol tapi posisinya ada di belakakang pemain belakang lawan, ia sudah terjebak dalam perangkap offiside lawan. Ia berhasil mencetak gol. Penonton bersorak sorai. Tapi wasit meniup peluit. Apakah gol tersebut dihitung? Tidak. Itu tidak dihitung. Kenapa? Karena ia telah melanggar peraturan. Tidak mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan.

Berbuat baik tetap harus mengikuti aturan. Kita tidak bisa berbuat kebaikan a la Robin Hood. Kita tidak bisa bersedekah dari hasil mencuri. Kita bisa membagi-bagikan uang sebanyak apapun pada orang yang membutuhkan. Pada fakir miskin. Tapi ketika uang itu didapat dari hasil mencuri, dari hasil korupsi, apakah sedekah itu akan dihitung? Tidak. Tidak begitu mekanismenya. Tidak begitu cara yang benar. Niat yang benar, hasil yang baik, hanya dihitung pada saat ia dilakukan dengan cara yang benar pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun