Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Semangat Golden State Warriors

13 Juni 2017   18:11 Diperbarui: 13 Juni 2017   21:54 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nesncom.files.wordpress.com

Timothy Gallwey, dalam buku “The Inner Game Of Tennis “, pernah mengatakan  kemenangan diraih bukan karena usaha yang terlalu keras, melainkan dari kenyamanan bermain. Kenyamanan yang konon didapatkan dengan menyelasarkan antara pikiran dan tindakan. Kata-kata itu tampaknya dipahami benar oleh para pemain Golden States Warriors lantaran buku tersebut selalu dibagikan Steve Kerr tiap pramusim. Hasilnya jelas.  Warriors memecahkan rekor kemenangan terbanyak di babak reguler dan dua kali juara NBA dalam tiga musim terakhir.

The player of the inner game comes to value the art of relaxed concentration above all other skills; he discovers a true basis for self-confidence; and he learns that the secret to winning any game lies in not trying too hard. He aims at the kind of spontaneous performance which occurs only when the mind is calm and seems at one with the body, which finds its own surprising ways to surpass its own limits again and again.

Para pemain Warriors tampaknya juga mengaplikasikan kata-kata itu di atas lapangan hari ini. Mereka bermain secara tim. Mengorbankan ego pribadi. Mengesampingkan apa yang telah menjadi ciri khas mereka. Apa yang orang kenal dari mereka. Steph Curry nggak selalu memaksakan tembakan tiga angka. Klay Thompson juga serasa bermain dalam sunyi. Tembakannya tidak banyak, namun upayanya menutup ruang gerak LeBron James, Tristan Thompson, hingga  Richard Jeferson frustasi pudar meski terkena dua fault di quarter pertama (Rossa kali ah). Fault yang bisa jadi membawa berkah buat para pemain cadangan untuk bersinar.

Nick U'ren memang tidak salah. Dua tahun lalu, asisten pelatih Warriors yang kala itu berumur 28 tahun (masih mudaan saya berarti), ngebela-belain, nge-sms Steve Kerr jam 3 pagi  di  final cuman buat nyaranin satu hal. Masang Iguodala alih-alih Andrew Bogut kala itu. Iguodala pun maen bagus ketika dikasih kepercayaan. Begitu juga hari ini. Irving dibuat mati kutu. Saat diminta menjaga James, James jadi nggak leluasa bergerak di bawah jaring karena senantiasa dirangkul mesra. Itu hadiah utamanya.  Bonusnya, Iguodala  meraih 20 poin, 3 rebound, dan 3 assist. Raihan point tertinggi ketiga Warriors pagi tadi. Selain itu, Kevin Durant juga jadi punya pelayan setia. Bersama Matt Barnes, David West, favorit saya Shaun Livingston, dan Patrick McCaw, Iguodala  tidak canggung bermain post up play dan ikut berebut bola rebound, meski dua nama yang saya sebut belakangan jelas tidak bisa dibilang pemain yang tinggi dan kokoh. Tidak heran Steve Kerr sempat berseloroh ketika sahabatnya, Doris Burke, menanyakan tentang rahasia dibalik kesuksesan timnya tadi pagi. "Well, we had very little talent actually. It was mostly coaching,". " Very little talents" secara umum bisa diartikan kurang berbakat atau malah berarti sebaliknya. Para pemain mungil yang justru paling berbakat di NBA. Ngeliat konteks candaannya, tentu nggak susah menebak maksud kata-kata Kerr. 

Meski berhasil menginspirasi para pemain cadangan di lapangan. MVP final kali ini nggak jatuh ke tangan Iguodala kayak tahun 2015.

Kevin Durant emang tampil lebih baik hari itu (dan hari-hari final lainnya). 37 point, 7 rebound, dan 5 assist dibuatnya tadi pagi. 14 dari 20 tembakannya masuk.  Akurasinya tetep mantep meski dijaga pemain yang punya dasar-dasar bertahan yang bagus. Nggak ada dong yang ngeraguin defense Lebron James sama frame Richard Jefferson, kan? Mau lay up, post up sampai drive semuanya lancar.

http://s2.glbimg.com
http://s2.glbimg.com
Raihan angka Durant bersaing ketat ama Lebron James yang  malam itu meraih 41 poin  8 rebound dan 2 assist meski ditempel bergantian oleh Richard Jefferson, Andre Iguodala, Klay Thompson, dan  Kevin Durant. Lewat penjagaan ketat mereka itulah Tristan Thompson bisa bersinar. Lima tembakan tiga angka pertamanya masuk serta satu kali kesempatan four-point-play.

Durant emang pantas dapet MVP Final dan disejajarin sama Moses Malone dan Magic Johnson yang dapet MVP Final di musim perdananya. Bukan kata saya, saya cuman ngutip kata-kata  Mike Breen yang empuk itu.

Menarik mendengar apa yang diutarakan Durant dari hasil ama Doris Burke malam itu, meski meraih MVP dan mencetak angka terbanyak, tidak terdengar kesombongan dari nada suaranya. Kita justru mendengar kegelisahan seorang Kevin Durant menjelang pertandingan penting malam itu. Bisa dipahami lantaran Durant menanti enam tahun untuk kembali ke final. Ketika sudah mendapatkan apa yang diidamkannya itu pun Durant masih ingin memperjuangkannya lagi,

"He's the only one I've been looking at since 2012. He's the one who looked me eye-to-eye," "I told him we tied up now, and we going to try to do this thing again."

Ucapan yang secara tidak langsung mengajak  Lebron James bertemu di tempat yang sama tahun depan. Mengajaknya bermain lebih gembira seperti yang kita nikmati pada setiap pertandingan Warriors. Semangat yang terbukti membawa tim meraih apa yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Siapa tahu kita juga bisa ikutan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun