Mohon tunggu...
I Ketut Budiasa
I Ketut Budiasa Mohon Tunggu... -

Swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Doa dan Kerja

18 Agustus 2017   08:36 Diperbarui: 18 Agustus 2017   09:07 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Didepan presiden yang memiliki slogan "kerja kerja kerja", Tifatul  Sembiring, kader PKS yang dikenal sebagai partai religius itu, mendoakan Presiden Joko Widodo yang menurutnya semakin kurus agar semakin gemuk.  Doa ini menjadi kontroversial karena bagi sebagian orang, kurus atau  gemuk tidaklah relevan apalagi untuk disampaikan dalam sidang mulia yang  dihadiri orang2 terhormat. Kalau om Tif  cukup gentle, cobalah saat berdoa dirumah dengan istri, doakan istri  dengan doa yang sama : "Ya tuhan gemukkanlah istri hamba".  

Gemuk, bagi  sebagian orang adalah hantu yang paling menakutkan. Banyak orang rela  merogoh saku dalam2 agar setidaknya terlihat kurus. Tentu saja itu tidak berlaku bagi para peternak. Doa mereka untuk ternak mungkin mirip  dengan doa om Tif, dan itu relevan. Karena kualitas ternak terletak pada bobot badannya, bukan volume otaknya apalagi visi dan kinerjanya. 

Tapi ngomong2 soal doa, apa sih pentingnya berdoa ? Kalau benar Tuhan  sudah maha tahu, untuk apa doa panjang2 ? Bukankah cukup sampaikan "ya  Tuhan kau tahu yang ku mau. kabulkanlah harapanku" ?. Tapi kadang2,  manusia berdoa, apalagi doa di ruang publik, tidak saja untuk Tuhan,  tapi untuk diketahui oleh manusia lainnya. Seorang pemuda yang jatuh  cinta memposting doa panjang tentang isi hatinya, dengan harapan dibaca  oleh gadis pujaannya. Seorang politisi berdoa agar didengar oleh penguasa.  Karena disampaikan oleh politisi untuk penguasa, bisa jadi doa itu  lebih merupakan statement politik. 

Di sisi lain, doa tergantung  dari keyakinan. Penganut keyakinan yang berbeda akan menyampaikan doa  yang berbeda, karena didasari keyakinan yang berbeda tentang relasi  mahluk dengan penciptanya. Ada orang2 yang percaya bahwa kesuksesan  dunia dan --utamanya -- kebaikan pada periode pasca kehidupan cukup  diperoleh dengan menganut keyakinan tertentu. Keyakinan adalah kunci  tunggal untuk membuka pintu sorga. Dalam keyakinan ini, perbuatan,  kerja, tidak terlalu relevan. Argumen mereka, sebaik apapun anda  belajar, sekuat apapun anda melakukan praktikum, anda tak akan mendapat  ijazah bila tak masuk universitas. Dan tentu saja, mereka percaya bahwa keyakinan mereka adalah satu2nya "universitas" yang "registered". 

Dalam keyakinan Hindu, jalan agama, doa, hanyalah satu dari 4 jalan  yang diajarkan Tuhan untuk dapat sampai kepadaNYA. Jalan ini disebut jalan bhakti. Diluar itu masih ada 3 jalan lain yaitu jalan kerja  (karma), jalan pengetahuan (jnana) dan jalan disiplin spiritual (yoga).  Keempat jalan itu sama kualitasnya, bisa saling memperkuat dan tentu  saja bisa saling menegasikan. Doa yang baik dan khusuk akan membawa pada kebaikan bila didukung oleh kerja keras dan didasari pengetahuan.  Sebaliknya sekuat dan sebaik apapun sebuah doa, tidak akan menghasilkan apa2 bila melakukan perbuatan yang negatif. Memakai parfum sebaik apapun  di badan, bila kaki diolesi kotoran, maka outputnya tidak akan maksimal. Itu hukum alam, logis dan verified. 

Dalam itihasa  Mahabharata dikisahkan, di akhir Bharatayudha ketika semua senapati  senior Korawa sudah tewas, Sangkuni masih berupaya mencuri kemenangan.  Ia mendorong adiknya, Gandari, Ibu para Korawa, untuk menemui dan minta  petunjuk Bhagavan Vyasa. Dari sang bhagavan, Gandari memperoleh petunjuk  bahwa "tapa" (pengekangan diri dengan menutup kedua matanya sejak  pernikahannya dengan Dhirastra yang buta) yang dilakukannya secara kuat  dan konsisten selama bertahun2 bisa dikonversi menjadi kekuatan maha  dahsyat dan dapat diberikan kepada Duryodana, satu2nya anaknya yang  masih hidup. Kekuatan itu akan setara Vajra, senjata Dewa Indra. 

Dengan  kekuatan itu, tidak ada senjata yang dapat melukai Duryodana. Namun sang  bhagavan juga mengingatkan, dengan menggunakan hasil tapanya itu maka Gandari kehilangan manfaat tapa itu untuk dirinya sendiri. Ibaratnya  Gandari sudah menabung bertahun2, tetapi seluruh tabungan itu akan habis  ketika ia memutuskan mentransfer kepada anaknya. Karena cinta yang  begitu besar pada Duryodana, Gandari merelakan semua manfaat tapanya  untuk anaknya itu. Maka Gandari meminta Duryodana untuk menemuinya  secara pribadi, dalam keadaan tanpa busana. Namun pada akhirnya karma  akan selalu menemukan jalannya. Duryodana, karena diganggu Vasudewa  Krisna, memenuhi perintah ibunya tetapi menutupi bagian bawah tubuhnya.  Dan kekuatan tapa Gandaripun hanya melindungi bagian atas tubuh  Duryodana. 

Bagian bawah yang tertutup itu menjadi titik lemah Duryodana.  Dan titik ini pula yang menjadi jalan bagi Bima untuk melunasi  sumpahnya. Dahulu, saat Drupadi dihina di balairung Hastinapura dimana  saat itu Duryodana meminta Drupadi duduk dipangkuannya sambil menepuk2  pahanya sendiri, Bima bersumpah akan membunuh Duryodana dengan  meremukkan pahanya. 

Yang menarik adalah sekuel ketika Sangkuni  mengundang Balarama, kakak Vasudewa Krisna, untuk masuk ke gelanggang  politik tingkat tinggi yang sedang dijalankan Sangkuni di sisi Korawa  dan Vasudewa Krisna di pihak Pandawa. Sangkuni yang menyadari kelemahan Duryodana akibat menutupi bagian bawah tubuhnya sehingga tidak menerima  kekuatan tapa Gandari itu, meminta Balarama untuk melarang Vasudewa  Krisna ikut campur dalam duel hidup mati antara Bima dan Duryodana.  Sangkuni sangat paham, yang mengetahui kelemahan Duryodana dari pihak  Pandawa hanya Krisna. Bila Sangkuni berhasil mengunci Krisna melalui  Balarama, kelemahan Duryodana itu tidak akan diketahui Pandawa. 

"Mengapa kamu terlalu memihak Pandawa, Krisna ? Bukankah kita seharusnya netral ?" Tanya Balarama.

"Tujuan dari inkarnasiku adalah menegakkan kebenaran, Kak. Dalam  keillahianku Aku netral, tapi dalam inkarnasiku aku memiliki tujuan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun