Mohon tunggu...
Brenda Hanida
Brenda Hanida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada Jakarta, Laga Sengit PDIP vs Perindo

23 Maret 2017   03:40 Diperbarui: 23 Maret 2017   12:00 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertarungan Pilkada Jakarta semakin sengit. Masing-masing partai pendukung pasangan calon menunjukkan taringnya. Di situlah mulai terlihat partai manakah yang diperhitungkan kekuatannya, serta partai manakah yang hanya unjuk gigi, tapi nyatanya wujuduhu ka ‘adamihi (adanya, sama saja dengan tidak adanya).

Pada hari selasa, 14 Maret 2014, Partai Perindo menggelar deklarasi mendukung pasangan Anies-Sandi di Sport Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara. 3 hari setelah acara deklarasi tersebut, Jum’at, 17 Maret 2017, partai pendukung pasangan Ahok-Djarot langsung menggelar pertemuan tertutup di kantor DPP Partai Golkar. Hadir dalam pertemuan tersebut yakni Agung Laksono, Setya Novanto, Idrus Marham, Hasto Kristiyanto, Djan Faridz, Ongen Sangadji, dan Nining Indra Saleh.

Percaya atau tidak, konsolidasi diam-diam yang dilakukan partai pengusung Ahok tersebut adalah bentuk kegentingan dan kekhawatiran mereka terhadap Partai Perindo yang secara resmi mendukung Anies. Mengapa demikian? Jelas, karena dengan dukungan Perindo akan membungkam dan mematahkan semua tuduhan “intoleran” yang selama ini ditujukan kepada pasangan Anies-Sandi.

Hanya karena didukung FPI, HTI dan kelompok Islam garis keras lainnya, para pendukung Ahok lantas melabeli Anies sebagai sosok yang intoleran. Entah kamus apa yang menjelaskan kesimpulan semacam itu. Dengan merapatnya Perindo ke Anies, maka tuduhan tersebut secara langsung akan pupus, dan kamus mereka tak akan berlaku lagi.

Selain daripada itu, dukungan Perindo terhadap pasangan Anies-Sandi menunjukkan bahwa Perindo benar-benar memiliki visi persatuan dan kesatuan bangsa, sesuai dengan nama partainya yakni Persatuan Indonesia. Perindo tak memandang siapa dan partai apa yang mendukung Anies. Perindo juga tak mempermasalahkan kelompok mana dan siapa yang mendukung Anies. Siapapun mereka, Perindo siap duduk bersama satu meja, mengusung dan siap berjuang memenangkan Anies-Sandi.  

Selanjutnya, bukti lain kekhawatiran partai pengusung Ahok terhadap Perindo adalah, secara membabi buta mereka menghantam dan menyerang Partai Perindo, termasuk Hary Tanoe. Ada yang playing victim mengaku dirinya sebagai kader Perindo, lantas ia kecewa karena Perindo mendukung Anies, tapi ketika ditanya KTA-nya ia bungkam tanpa aksara. Ada pula yang membenturkan HT dengan HRS, hanya karena HRS dulu pernah mendemo HT.

Jusru dengan tuduhan semacam ini (HT-HRS) akan semakin menunjukkan bahwa HT adalah sosok yang lapang dada dan murah hati. Ia tak pernah mempersoalkan hal negatif yang pernah menghampirinya. Yang terpenting baginya adalah, rakyat Indonesia dapat bersatu menuju kesejahteraan dan kemakmuran, sesuai dengan tagline partainya, yakni “Untuk Indonesia Sejahtera”.  

Kemudian pertanyaannya, pernahkan pendukung Ahok menyerang Partai Amanat Nasional (PAN) yang baru-baru ini juga mendeklarasikan dukungannya kepada Anies-Sandi? Juga, pernahkan pendukung Ahok menyerang Amin Rais selaku Pembina PAN, yang secara terang-terangan kontra terhadap Ahok? Atau, pernahkah pendukung Ahok menyerang PKB yang masih malu-malu dan tak jelas arah dukungannya kemana? Jawabannya jelas, TIDAK PERNAH.

Melihat fenomena semacam ini, bisa kalian simpulkan sendiri partai manakah yang benar-benar diperhitungkan, serta partai manakah yang hanya wujuduhu ka ‘adamihi (adanya, "hampir" sama dengan tidak adanya).

Sementara di lain pihak, pasangan Ahok-Djarot mendapat dukungan penuh dari PDIP. Bahkan ditenggarai, pemerintah dan bahkan Presiden Jokowi pun ikut membentengi Ahok. Apapun yang terjadi, Ahok aman terkendali.

Maka dengan ini lahirlah sebuah kesimpulan, bahwa Pilkada DKI Jakarta 2017 sebenarnya terdapat dua kekuatan besar. Kekuatan besar pertama ada pada PDIP yang secara massif mendukung pasangan Ahok-Djarot. Dan kekuatan besar kedua adalah Partai Perindo, karena dukungan Perindo terhadap Anies, berhasil mengimbangi masing-masing kelompok yang mendukung pasangan Anies-Sandi, termasuk kelompok yang selama ini dianggap dan bahkan dituduh sebagai kelompok yang intoleran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun