Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Politik

Buya Syafii Maarif, "Suar Bangsa" yang Terus Bercahaya

18 Juli 2017   16:07 Diperbarui: 18 Juli 2017   18:14 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buya Syafii Maarif Memberikan Pernyataan Terkait Ormas Anti Pancasila (Sumber : liputan6.com)

Di awal, saya hanya tahu namanya. Pada akhirnya saya tahu kalau Buya Syafii Maarif (83 th) adalah mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah (2000 - 2005).

Muhammadiyah adalah salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Bayangkan saja menjadi memimpin ormas Islam sebesar Muhammadiyah pada situasi pasca reformasi tentu memiliki tanggung jawab besar disaat pemerintah meletakan haluan  negara selama masa transisi itu. Saat itu kita menghadapi transisi kekuasaan dan dilema kebangsaan. Kemana arah kita pasca reformasi?

Jika kita tarik ke masa itu artinya Buya Syafii dan Muhammadiyah-nya bersikukuh tetap tegak dan teguh dalam keberagaman NKRI. Keteguhannya ia bawa sampai masa tuanya hari ini.

Namun ketika kasus Al Maidah 51 dan Ahok mengemuka nama Buya Syafii makin familiar di telinga saya. Bukan hanya di telinga tapi dalam benak dan masuk dalam radar pemikiran saya. Saya akhirnya rajin googling untuk mendapatkan informasi terkait dirinya.

Orang ini kok "unik"? Berani menyebrang melawan arus utama.

Bayangkan saja jika orang sekelas Buya Syafii berdiri menempati posisi Habib Rizieq, pada Aksi Bela Islam itu, entah apa yang akan terjadi dengan bangsa ini. Tapi ia berani memposisikan diri sebagai suar bangsa. Sebagai panduan bagi bangsa ini dalam membentangkan layar bahtera bangsa disaat mengarungi samudra tantangan yang kerap dihantam badai syahwat kekuasaan dari pihak-pihak yang ingin berkuasa.

Saya ingat saat Pak Joko Widodo memilih Buya Syafii sebagai Ketua Tim Independen untuk mengatasi konfliknya KPK vs Polri di awal tahun 2015. Di bawah kendali beliau konflik itu redam dan kini KPK dan Polri kembali bersinergi. Ini salah satu kapasitas beliau.

Bukan Buya Syafii jika tidak kritis. Ia kritis ketika pihak-pihak tertentu membenturkan nilai-nilai kebangsaan dengan paham paham primordial. Bahkan teman sekalipun ia kritik. Kalau oknum itu dianggap amnesia dengan sejarah berdirinya bangsa.

Pada tanggal 26 November 2016, Buya Syafii, dengan lantang mengkritik fatwa yang dikeluarkan oleh MUI kalau Ahok telah melakukan penistaaan agama. Padahal, proses tabayyun belum dilakukan.

Akibat sikapnya itu Buya dicap pikun, dibully oleh kaum-kaum yang tuna budaya. Yang tidak tahu bagaimana sepak terjang beliau untuk bangsa dan negara ini.

Akhir akhir ini, beliau berada dibelakang pemerintah. Ia mendukung pembubaran ormas anti Pancasila seperti HTI, dan mendukung RUU Ormas. Sikap pemerintah ini kerap menuai kontroversi. Namun dengan hadirnya tokoh-tokoh sekelas Buya Syafii, Kyai H Said Aqil Siradj, Frans Magnis Suseno, dll bangsa ini masih punya cahaya harapan. Masih banyak guru bangsa yang menjadi suar bangsa. Suar harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun