Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ma, Sepertinya Ada yang Salah

21 Agustus 2017   17:13 Diperbarui: 21 Agustus 2017   17:24 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa kini, dengan kondisi yang ada seperti sekarang, mungkin ... ada yang merasa bahwa upaya untuk membuat dan mewujudkan solusi bagi sebuah masalah ... tak lain dan tak bukan ... bak upaya menguras air laut di lautan dengan ember yang bocornya seperti  saringan pasir. Sehingga terkadang ada baiknya air laut itu kita kulum di mulut, dan kemudian kita semprotkan (walau entah itu bakal mengena siapa). He he he ... Tapi yang jelas,  nantinya yang terkena pasti bakalan tidak terima (pada umumnya). Dan kemudian dimungkinkan sekali bahwa yang terkena itu akan  'ngajak berantem. 

'Nggak percaya ? Boleh dicoba. :)

Alkisah ... saya ingin memuat sebuah gambar, tetapi tidak diperbolehkan. Waktu itu terjadi, rasanya kepingin untuk menorehkan apa yang ada di gambar tersebut pada dinding rumah/bangunan milik seseorang. Tetapi untungnya itu tidak terjadi (sehingga seharusnya ada banyak orang harus bersyukur karenanya), karena harga cat yang semakin mahal, dan meski 'mikirin juga perihal perhitungan waktu (tanggal H-nya masih jauh). :)  Selain itu ... urungnya perbuatan saya disebabkan karena memang tidak pernah menggambar di dinding rumah/bangunan milik orang lain (tanpa seijinnya). 

Lha ... Kecele ? :D

Grafiti. Kita bicara mengenai itu. Sebuah cabang seni (bagi saya pribadi) yang menarik perhatian saya sejak masa SMP. Dan saya tinggal dan dibesarkan di kota, yang mana mungkin sama seperti banyak kota besar lainnya, "tidak terbebas" ruang bebasnya dari hadirnya jenis karya seni ini.

Tiap kota besar yang dimaksud, mempunyai "artisnya" sendiri. Tentunya dengan ciri khas mereka masing-masing. Pada kota tempat saya dilahirkan, ciri khas itu tampil dengan hadirnya huruf, kata dan kalimat. Yang cenderung mengada, sekalipun  pada grafiti tersebut porsi gambar/lukisannya lebih banyak.  Ini ... pada umumnya. Ada pula yang mungkin mengusung style yang berbeda, tetapi itu wajar karena kita ber-bhinneka. Terkait dengan style itu, diumungkinkan ada yang mengatakan bahwa grafiti di kota tempat saya lahir, mengada/terbentuk tak lepas dari pengaruh seni kaligrafi. 

Walau dimungkinkan karena perbedaan latar belakang artisnya, maka hasil yang dihasilkan kemudian menjadi "sedikit" berbeda. Kata dan kalimat yang cenderung lugas dan kasar, biasa mengada. Wajar saja, karena dalam keseharian mereka tidak berkumpul dengan golongan kyai dan priyayi. Ada sisi-sisi tajam dan runcing. Wajar. Dimungkinkan karena mereka dalam kesehariannya, tak terbebas dari duri-duri kehidupan. Tetapi dari semuanya itu, kiranya bisa dilihat dan dipahami kehidupan yang ada dan dialami oleh mereka. Seperti apa jalan yang sedang mereka tempuh. Dari kata/kalimat yang ditorehkan, kiranya bisa teramati apa yang sedang terjadi dan populer pada  kalangan grass root. Karena rata-rata disitulah mereka berada dan bercengkerama dengan lainnya pada kesharian hidupnya.

Hingga di suatu hari, kemudian saya melihat ada sebuah tulisan pada sebuah flyover.Bukanlah dapat dikatakan sebagai sebuah karya grafiti yang "mempesona", namun torehan kalimat yang ada disana, yang membuat saya menjadi terpaku (bahkan sempat mengedip-ngedipkan mata, karena mengira salah melihat pada saat pertama). Tulisannya berbunyi ... "Pohon ganja adalah hak segala bangsa". Yang biasa mondar-mandir dengan kendaraan di jalan antara Sidoarjo-Surabaya, dan tidak terlampau tegang dalam melihat jalan yang di depannya mungkin pernah melihatnya. Mungkin ada yang mengatakannya sebagai sebuah  plesetan semata, tetapi sepertinya play satanlebih mencocoki. 

Ini kita bicara mengenai kalangan grass root,lho.Jauh berbeda dengan apa yang didapati ketika kita membaca medsos dan medberta (media berita) mengenai artis atau orang terkenal lainnya yang terkena razia cegah dan tangkal narkoba. Mereka yang diberitakan itu, cuma ... puncak ... dari sebuah gunung.

Dari berita-berita "kecil" mungkin kita dapati bahwa dari tukang batu, supir angkot, purel karaoke, dan banyak lagi, tertangkap ... ketika sedang menjual atau memakai atau menyimpan narkoba. Kita dapat amati dari jenis pekerjaan yang mereka miliki, keberadaan mereka tersebut tidaklah jauh-jauh amat dari lingkup kehidupan kita sehari-hari. Bahwa bila tidak berhati-hati, maka bisa saja anda, anak atau sanak saudara anda ... berada dibawah puncak gunung itu. 

Tidak percaya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun