Mohon tunggu...
Bijogneo Bijogneo
Bijogneo Bijogneo Mohon Tunggu... profesional -

Menulis, membaca, mengomentari, dikomentari, ok-ok saja. http://bijogneo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Buang Tiket Tol Sembarangan yang Bikin Banjir Jakarta

26 Oktober 2010   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_303960" align="alignleft" width="350" caption="Jakarta Banjir - KOMPAS"][/caption]

Mengapa tiket tol dicetak kalau hanya untuk pindah sebentar dari tangan petugas ke pengemudi? Perhatikanlah di sekitar anda, saat selesai menerima tiket tol itu. Mungkin anda sendiri, atau  pengemudi lain yang di depan, atau di samping anda, begitu menerima, jika tidak merasa perlu, umumnya langsung melepas tiket itu begitu saja, di sekitar loket tol. Padahal ada tempat sampah yang ditempelkan di samping loket itu. Kalau ditelaah lebih dalam, ini sebenarnya  perilaku yang aneh, dan maaf, bukankah terlihat "bodoh"? Dan bukankah terlihat aneh lagi, saat kita tidak sempat menggenggam atau berniat mengambil tiket itu, petugas loket itu sendirilah yang melepaskannya ke samping loketnya.  Suatu waktu, ketika tiket-tiket itu sudah semakin bertebaran dan terkesan sangat mengotori loket-loket tol, beberapa petugas lain datang membersihkan dengan sapu, ke dalam tempat sampah yang ditentengnya.

Kesannya, petugas tol bersama-sama pengendara membuang sampah sembarangan  secara sengaja di sekitar loket tol, yang kemudian dibersihkan kembali oleh petugas tol. Boleh buang suka-suka, bebas tanpa sangsi apa pun. Bukankah indah sekali negeri ini?

Apalah artinya satu tiket kertas berukuran 3 X 5 cm? bukankah terlalu kecil untuk disebut sebagai sampah? Jika demikian, tentu Jasa Marga, atau apalah namanya, tidak perlu mempekerjakan petugas kebersihan di sekitar loket tol itu. Faktanya, ketika kertas kecil-kecil itu menjadi ribuan jumlahnya, maka nampak, menjadi sampah yang tidak sedap dipandang mata.

Mari kita lihat sedikit lebih jauh. Untuk kertas ukuran kecil 3 X 5 cm saja sebagian besar pribadi pengendara (jika bisa dikatakan mewakili bangsa) tidak mampu meletakkannya ke tempat yang seharusnya. Jika untuk sampah yang sangat ringan dan kecil saja, tidak berniat atau mampu  mengurusnya, apa lagi sampah seberat 0,7 kg atau lebih dari setengah kilogram yang dihasilkan setiap orang di Jakarta setiap hari.

Saat ini Jakarta memproduksi sampah sekitar 6000 ton sehari itu bisa di bayangkan seperti setengah lapangan bola dalam bentuk kotak dengan tinggi 4,8 meter. Atau, untuk lebih mudahnya setiap orang di Jakarta rata-rata akan membuang sampah sebanyak 6.000.000 kg dibagi jumlah penduduk Jakarta 8.500.000 sama dengan  0,7 kg atau lebih dari setengah kilogram sehari.

Membuang tiket tol seenaknya, adalah contoh yang paling sederhana yang mewakili sifat ketidak-pedulian dan tidak bertanggung-jawab atas lingkungan kita sendiri. Menjadi turun-temurun, karena di saat yang sama, sifat ini dicontoh oleh mereka yang seharusnya mendapatkan contoh yang benar, berbudaya bersih, dan bertanggung-jawab.

Tidak heran jika parit, kali, sungai bahkan pantai lautan dipenuhi sampah, karena budaya bersih, higenis di dalam kehidupan sehari-hari, memang tidak mendapat cukup usaha untuk ditumbuh-kembangkan bersamaan dengan konsistensi penerapan peraturan perundangan yang berlaku.

Banjir hanyalah akibat dari prilaku ketidak-pedulian itu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun