Mohon tunggu...
Bara Bagaskara
Bara Bagaskara Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eyang Panji di Antara Keraton dan Kejawen

28 April 2017   13:37 Diperbarui: 28 April 2017   13:59 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eyang Panji (Bara Bagaskara)

Kulitnya yang makin mengendur menandakan usianya tak lagi muda, tatanan rambutnya yang cepak membuatnya tampak lebih segar, penampilannya dalam berpakaian menandakan kesederhanaanya dalam hidup. Hangat, ramah dan gemar bercerita menggambarkan satu sosok perempuan yang kerap disapa dengan panggilan Eyang Panji Kuning. Selalu hangat setiap bertemu orang yang baru ia kenal, ramah kepada siapapun dan selalu tak habis untuk bercerita tentang apapun hal yang ia tahu kepada siapapun yang ada di dekatnya.

Perempuan kelahiran Yogyakarta 17 Juli 1948 ini bernama Agustina Ismurjilah. Anak ragil dari empat bersaudara yang kini tinggal tersisa tiga orang. Ayahnya yang sudah tiada bernama Kanjeng Raden Tumenggung Cokrodiporo merupakan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta. Inilah profesi yang juga ia teruskan dan jalankan setelah ayahnya tiada. Menjadi Pemandu Wisata di Keraton Yogyakarta adalah pilihan hidupnya. Kecintaannya terhadap budaya dan sejarah terutama terhadap Keraton Yogyakarta menjadi salah satu alasan utamanya. 

Semenjak menjadi Pemandu Wisata di Keraton Yogyakarta dan pula semenjak ayahnya tiada, ia tinggal di rumah yang merupakan pemberian Keraton semenjak ayahnya menjadi Abdi Dalem. Sudah sejak tahun 1973 Eyang Panji tinggal di rumah yang diberikan oleh Keraton Yogyakarta. Menjadi Pemandu Wisata di Keraton Yogyakarta pun sudah ia lakoni kurang lebih  selama 43 tahun, namun semangatnya saat bercerita tentang pengalaman hidupnya tak pernah habis bila tak diakhiri oleh lawan bicaranya. Fisiknya yang sudah berumur lebih dari setengah abad tidak membuatnya tampak loyo sedikitpun dalam menjalani aktifitas. Kemampuan dalam mengelola diri dan semangat hidup tampaknya yang menjadi faktor bertahannya ia dalam hidup di tengah-tengah dinamika kehidupan Kerajaan Mataram.

Latar belakang pendidikan yang hanya ia tempuh sampai Sekolah Menengah Atas di SMA Marsudiuhur Yogyakarta tidak mengurangi kemampuannya untuk berkomunikasi dengan banyak wisatawan dari dalam negeri maupu mancanegara yang sekaligus menjadi kliennya di Keraton Yogyakarta sebagai Pemandu Wisata. Buktinya, ia menguasai tiga bahasa asing yang antara lain bahasa Inggris, Perancis dan Italia. Bila ditanya mengenai keahliannya dalam menguasai tiga bahasa ia hanya menjawab, “Semua saya pelajari secara otodidak karena kemauan saya untuk bisa besar.” Selain itu ia juga gemar bernyanyi dan berrmain gamelan. Hal-hal yang berbau dengan seni merupakan kegiatan yang ia gemari dan tekuni. Salah satu wadah atau komunitas yang ia miliki membahas mengenai filosofi yang sedikit sambil melantunkan tembang bernama Darmowiyahno. 

Pemberian nama Eyang Panji Kuning ia dapatkan karena ia menyukai dan berkecimpung dalam hal-hal yang berkaitan dengan adat kejawen, sejarah, budaya dan filosofi. Profesinya sebagai Pemandu Wisata di Keraton Yogyakarta sangat cocok dengan apa yang menjadi kegemarannya dalam hal-hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Jawa, terutama terhadap Keraton Yogyakarta. Satu yang spesial darinya adalah kecerdasan mengolah batin. Kepandaiannya dalam mengolah ilmu yang berkaitan dengan batin ini tidak ia dapatkan dengan cuma-cuma dan tanpa alasan. 

Ia menjelaskan bahwa keahlian ini hanya bisa didapatkan oleh orang yang memang direstui oleh Yang Maha Kuasa. “Jika Yang Maha Kuasa tidak merestui, seseorang tidak akan diberikan kemampuan seperti yang saya miliki,” ungkap Eyang Panji dengan tetap rendah hati. Ia mengakui bahwa Tuhan tidak akan memberikan kemampuan kepada seseorang yang memang belum mampu atau pantas mendapatkannya. Jadi, seseorang akan akan dipantaskan dahulu sebelum akhirnya mendapatkan kemampuan seperti ilmu kebatinan. Dikarenakan Tuhan memberikan kemampuan kepada seseorang itu hanya sebagai perantara atau kepanjangan tangannya untuk membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan dalam hidupnya. 

Sebagai perempuan yang memilih untuk tidak menikah, ia selalu ingin menjadi orang yang dapat berguna dengan membantu sesamanya. Dengan kelebihan yang dimilikinya, ia membuka lebar-lebar pintu rumahnya untuk dijadikan tempat ngobrol bagi mereka yang membutuhkan jasa dan saran dari Eyang Panji setelah pekerjaan sebagai Pemandu Wisata di Keraton selesai. Tugasnya sebagai Pemandu Wisata di Keraton berlangsung mulai dari jam 08.15-14.30 WIB. Ia membuka pintu rumahnya dan menerima siapapun yang membutuhkan bantuan Eyang Panji setelah jam tiga sore sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Ia memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seseorang yang datang padanya untuk menjadi berpikir lebih positif dan legowo dalam menjalani kehidupan.

Eyang Panji Kuning memang orang yang dianggap pintar karena kedekatannya dengan budaya kejawen, namun ia hanya ingin disebut sebagai masyarakat biasa yang beruntung dan diberikan nama Eyang Panji Kuning. Ia sama sekali tidak bermain dengan unsur-unsur yang mistik ataupun gaib. Eyang Panji jauh dari kesan dukun dan paranormal. Ia adalah masyakarat biasa yang berprofesi sebagai Pemandu Wisata yang juga diberikan titah oleh Yang Maha Kuasa dengan segala kemampuan dan ketrbatasan supaya dapat membantu sesama manusia lewat nama Eyang Panji Kuning yang ia dapatkan.

Sebagai umat Kristiani, puji dan syukur selalu ia panjatkan pada setiap orang yang memiliki sugesti positif terhadap Eyang Panji. Ia hanya membantu melalui doa. Ia menganggap dirinya hanya sebagai perantara antara manusia dengan Yang Maha Kuasa untuk membantu sesamanya yang berhak mendapatkan apa yang menjadi haknya. Ia juga tak hentinya bersyukur karena dirasakan dirinya memiliki linuwih dan diberi kesempatan untuk dapat menyampaikan dhawuh dari Tuhan Yang Maha Esa.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun