Untuk mengingatkan ingatan kita bersama bahwa pada tanggal 16-18 september 1982 merupakan hari kelam bagi penduduk warga Palestina di pengungsian Palestina yang terletak di kawasan Sabra-Shatila, Lebanon. Pada waktu itu, hampir semua pengungsi di kedua kamp etrsebut diberondong dengan senjata bagaikan hewan oleh pasukan tentara Lebanon (Kataib Falangis Kristen Lebanon)Â dibawah pandangan mata tentara Israel yang masuk ke wilayah dan memblokade Lebanon saat itu. Demikian tulis surat kabar internasional Arab Al-Arab yang terbit di London hari ini Senin, 17 September 2012 (hal. 5).
Kendati sudah 30 tahun peristiwa pembantaian tersebut, demikian tulis surat kabar tersebut, namun Israel masih menolak membongkar file pembantaian pengungsi pengusngsi Palestina di Kamp tersebut. Surat kabar Israel 'Haarets', Ahad (16/9) mengatakan bahwa Pejabat Arsip Isarel menolak permintaan para wartawan untuk membuka arsip tersebut yang oleh Israel masuk kategori 'sangat rahasia'. Menurut pejabat tersebut arsip tersebut masuk ke dalam dua kategori, pertama masuk daftar 'sangat rahasia' karena menyangkut soal kemanan dan berada dibawah 'arsip' tentara Israel; sedangkan kedua masuk ke dalam Komite Cohen yang dibentuk sebagai tim pencari fakta peristiwa pembantaian tersebut.
Komite Cohen pada tahun 1983 mempublikasikan (versi Israel tentus saja) bahwa tentara Israel tidak terlibat langsung pembantaian tersebut namun mengetahui adanya pembantaian walau tidak mencegahnya karena berada dibawah pengawasan tentara Israel yang saat itu memasuki wilayah Lebanon mengejar para tokoh pejuang Palestina dan tentara Israel tidak berbuat apa-apa terhadap pembantaian tersebut
Komite saat itu merekomendasikan pemecatan Menteri Pertahanan Israel saat itu Ariel Sharon (yang hingga saat masih koma sudah bertahun-tahun) dan tidak mengangkatnya dalam jabatan tertentu di masa mendatang, namun kemudian terpilih menjadi Perdana Menteri Israel. Haarets juga mengatakan bahwa wartawannya pada peliputan tersebut Zeit Shief mengetahui peristiwa tersebut dan memberikan informasi kepada Menteri Penerangan Isarel saat itu Mordechai Chivuri bahwa terjadi pembantaian di pengungsian Sabra-Shatila. Menpen Israel lalu memberitahukanMenlu Israel saat itu Ishak (Isac) Rabin, akan tetapi Israel tidak berbuat apa-apa walau tentaranya berada di kawasan tersebut. Demikian Haarets.
Versi media Arab dan Islam tentu saja berbeda, bahwa yang melakukan pembantaian adalah tentara Kataib Kristen Falangis Lebanon tapidibawah 'mata' Israel. Demikian yang pernah ditayangkan oleh stasiun TV Al-Jazeera ketika menghadirkan refleksi peristiwa pembantaian tersebut beberapa tahun lalu. Yang jelas bahwa setelah 30 tahun peristiwa tersebut dimana ribuan manusia mati bagaikan hewan namun dunia internasional saat itu bungkam seribu bahasa dan filenya pun masih rahasia.
Semoga arwah manusia tidak berdosa tersebut ditempatkan disisi-Nya. Amien.
salam damai,