Nyoto Purwanto (35) anggota Basarnas di Semarang, yang gugur bersama 7 pejuang kemanusiaan lainnya akibat Helikopter Dauphin yang ditumpanginya terjatuh di Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Temanggung Minggu (2/7) kemarin. Siang tadi dimakamkan di Kota Salatiga dengan dihadiri ratusan sahabat mau pun kerabatnya.
Pria bertubuh gempal yang sudah malang melintang dalam operasi penyelamatan korban bencana ini, memang sengaja dikebumikan di kampung halaman Isti Astuti, istri tercintanya yang terletak di Promasan RT 01 RW 02, Kumpulrejo,Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. "Kalau aslinya, Mas Nyoto dari Kabupaten Blora. Paska musibah jatuhnya helikopter, istrinya menginginkan dimakamkan di sini," kata Joko (56) kerabat almarhum saat ditemui di rumah duka.
Sebagaimana diketahui, Helikopter HR 3602 yang sebelumnya bertugas memantau pintu tol Gringsing, Kabupaten Batang, Minggu siang mendapat tugas membantu proses evakuasi korban letusan Kawah Sileri di kawasan Dieng, Kabupaten Banjarnegara. Terkait hal tersebut, pesawat bertolak menuju Semarang guna mengisi bahan bakar. Sekitar pukul 16.00, helikopter yang ditumpangi 8 orang langsung mengudara kembali.
Baru 14 menit berada di udara, tepatnya di kawasan Gunung Butak mendadak mengalami crash di ketinggian 7.000 kaki. Akibatnya fatal, seluruh penumpang yang tengah akan melakukan operasi evakuasi, dinyatakan gugur dalam tugas. Hingga malam hari, tim SAR gabungan langsung menggelar operasi evakuasi. Ke 8 korban, semuanya dibawa ke Semarang guna proses identifikasi.
Dari 8 korban yang diidentifikasi terdiri atas Kapt Laut (P) Haryanto, Kapt Laut (P) LI Solikhin, Peltu PLU Budi Susanto, Serka MPU Hari Marsono, Mumammad Afandi, Budi Resti, Catur dan Nyoto Purwanto. Siang tadi, setelah menjalani upacara pelepasan jenasah, seluruh korban diserahkan pada keluarganya masing- masing untuk dimakamkan dengan berselimut bendera merah putih.
Jenazah Nyoto Purwanto sendiri, tiba di kediaman Budiyono, mertuanya sekitar pukul 12.00, setelah disholatkan di masjid yang tak jauh dari rumah, pukul 14.00 diberangkatkan ke pemakaman umum Promasan. Ada keharuan ketika korban disemayamkan di masjid, di mana ratusan pelayat mengaku tak menyangka almarhum bakal berpulang secepat itu. " Hari Raya Idhul Fitri kemarin kami ngobrol sembari bercanda, eh, hari ini Pak Nyoto sudah tiada," kata salah satu tetangganya.
Selain ratusan pelayat yang memadati halaman rumah sederhana, Nampak puluhan karangan bunga yang datang dari berbagai petinggi. Bahkan, Kapolri Jendral Tito Karnavian pun merasa perlu mengirim karangan bunga sebagai tanda ikut berduka cita. Begitu para pejabat di Jawa Tengah maupun Jakarta, terlihat ikut mengirimkan karangan bunga.
Menurut Joko, semasa hidupnya Nyoto merupakan alumni SMA Negeri 2 Kabupaten Blora dan meneruskan kuliah di Akademi Maritim Nasional Indonesia (AMNI) di Kota Semarang. Dalam kesehariannya, pria yang piawai mengevekuasi para korban bencana itu, dikenal memiliki selera humor tinggi. Setiap terlibat obrolan dengan siapa pun, mulutnya kerap melontarkan joke-joke yang menyegarkan suasana.
Sebagai instruktur rescue, Nyoto di luar tugas operasi kerap memberikan pelatihan evakuasi terhadap berbagai komunitas. Kendati materi yang dibawakan termasuk katagori berat, tetapi, almarhum selalu mengemasnya dengan bahasa jenaka dan mudah dipahami siapa pun. "Di dunia nyata maupun di dunia maya, Mas Nyoto selalu berupaya ramah dan penuh canda," ungkapnya.
Apa yang disampaikan oleh Joko memang benar adanya, nyaris semua rekan yang mengenalnya semua mengamini bahwa almarhum merupakan sosok yang hangat terhadap siapa pun serta berjiwa sosial tinggi. Ia yang sudah menyelamatkan banyak nyawa di berbagai bencana, kemarin tak kuasa melawan kehendak yang kuasa. Bersama 7 rekannya, harus gugur saat menjalankan misi kemanusiaan.
Ya, Allah sudah berkehendak memanggilnya dan tidak ada yang mampu mengelaknya. Innalillahi wainnailahi rojiun, selamat jalan pejuang kemanusiaan. Percayalah, Allah SWT telah menyiapkan kapling sorga buatmu. Engkau telah gugur dalam tugas mulia, sudah teramat banyak investasi akherat yang ditanam, kelak akan kau panen di alam sana. Kiranya, putra tunggal almarhum, yakni Rifki Pradana Setyawan (8) mampu menjalani kehidupan yang baru. (*)