Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjajakan Wisata Desa Gratis di Pinggiran Rawa Pening

22 Maret 2017   16:35 Diperbarui: 7 April 2017   00:30 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti ini Rawa Pening jelang sore hari (foto: dok pri)

Kendati perairan danau alam Rawa Pening di Kabupaten Semarang yang luasnya mencapai 2.600 hektar saat ini tengah didominasi tanaman liar enceng gondok, namun, masyarakat di sekitarnya terus menggeliat mengais rejeki. Salah satunya adalah menjajakan Wisata Desa secara gratis dengan memanfaatkan jembatan panjang yang membentang sepanjang 330 meter.

Jembatan yang sebenarnya merupakan Klante beton berfungsi untuk menyaring sekaligus mengendalikan pertumbuhan enceng gondok yang dalam bahasa Latin disebut Eichhornia crassipes. Di mana, gulma tersebut selama 17 tahun terakhir mampu membuat kelimpungan ribuan nelayan. Pasalnya, hampir 80 persen permukaan air di Rawa Pening telah dirambahnya.

Klante yang menghubungkan dusun Sumurup, Asinan dengan dusun Cikal, Tuntang ini dibangun menggunakan konstruksi portal beton setinggi hampir 4 meter dari dasar danau. Dengan lebar 2 meter, praktis keberadaannya mirip jembatan. Apa lagi, di bagian tengah Klante terdapat dua jembatan melengkung yang sengaja dicat biru sehingga kerap disebut sebagai Jembatan Biru.

Keberadaan Klante yang memanjang hingga menyambungkan dua dusun inilah yang membuat masyarakat desa Asinan antusias menjadikannya sebagai lokasi wisata gratis. Kebetulan, posisi Jembatan Biru berada di tengah sehingga mengundang pelancong untuk mengambil gambar dengan latar belakangan perairan Rawa Pening.

Wisatawan lokal mau pun manca negara hampir saban hari mendatangi obyek wisata gratis ini, tentunya warga setempat enggan melepas peluang yang ada. Mereka pun membuat warung makan, lapak hingga jasa penitipan kendaraan bermotor. “ Untuk sepeda motor tarif parkirnya Rp 2.000 sedangkan mobil Rp 5.000 tanpa dibatasi jamnya,” kata Ahmad, salah satu penjaga parkir.

Pada hari biasa, Ahmad mengaku bisa mengantongi Rp 100.000 namun di hari Sabtu-Minggu mau pun saat liburan, penghasilannya terdongkrak hingga 3 kali lipat. Tak hanya dirinya yang membuka jasa penitipan kendaraan, di dusun Sumurup setidaknya terdapat 8 tempat parkiran milik warga. Rata- rata, penghasilannya nyaris sama dan menjamin kendaraan tetap aman karena pengunjung diberikan nomor parkir ganda.

Untuk menuju Klante sebenarnya dari jalan aspal hanya berjarak 125 meter melewati warung- warung penjaja makanan. Begitu tiba di ujungnya, pengunjung sudah mulai berselfie tanpa menghiraukan orang disekelilingnya. Mayoritas adalah anak muda bersama rombongannya atau kekasihnya. Hingga di bawah Jembatan Biru, terlihat anak- anak menyelam sembari meminta pengunjung melemparkan uang koin. Kadang mereka bisa seharian berada di perairan, tergantung ramai serta sepinya pengunjung.

Mendongkrak Penghasilan

Dari upayanya menyelam untuk mengejar koin ini, konon anak- anak usia 14- 16 tahun mengaku tidak pernah meminta uang jajan pada orang tuanya. Kendati uang yang didapat hanya kisaran Rp10.000- Rp 20.000, namun hal itu cukup meringankan beban orang tua yang mayoritas adalah nelayan. “ Baru dapat Rp 11.000,” kata seorang bocah sembari menahan dingin ketika pk 14.00 ditanya perolehannya.

Di seberang bocah- bocah, terdapat puluhan perahu bermesin yang dikelola nelayan yang tergabung dalam Paguyuban Perahu Wisata Jembatan Biru. Mereka menjajakan jasa berperahu keliling perairan Rawa Pening, tersedia sedikitnya empat paket dengan kapasitas 6 penumpang. Tak perlu khawatir harganya dinaikkan secara sepihak, pasalnya tarif sudah ditentukan pengurus paguyuban.

“ Kalau hanya sampai tengah Rp 50.000, sampai Gubuk Asmara Rp 60.000, ke Kampung Rawa ambarawa Rp 100.000 dan bila menghendaki sampai Bukit cinta yang masuk wilayah Kecamatan Banyubiru Rp 200.000,” jelas pak Solikhin, salah satu tukang perahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun