Warjiman (54) pria malang asal Desa Wates RT 12 RW 02, Simo, Kabupaten Boyolali, yang selama 20 tahun mengalami kelumpuhan, ternyata sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit setempat selama sepekan. Kendati kondisinya masih sangat memperihatinkan, namun, dirinya tetap dipulangkan.
Pemulangan pasien miskin yang didera kelumpuhan sejak tahun 1997 tersebut, saya dapatkan kamis (23/2) sore. Di mana ketika saya mendatangi Rumah Sakit Umum (RSU) Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, ternyata di bangsal kelas III tempat Warjiman dirawat telah kosong. Sementara untuk mendapatkan keterangan "raibnya" Warjiman, terpaksa saya harus menunggu 30 menit. Pasalnya, ruang jaga perawat kosong melompong.
Usai mendengar penjelasan itu, saya segera mengontak tetangga Warjiman yang bernama Syarif (30). Hasilnya, ia membenarkan bahwa laki- laki sarat derita itu telah berada di rumahnya. Terkait hal tersebut, saya dimintanya ke desa Wates yang berjarak sekitar 5 kilometer dari RSU Simo. “ Soal kondisinya sudah membaik atau belum, silahkan dilihat sendiri,” ungkap Syarif.
Mengetahui Warjiman yang selama 20 tahun terabaikan tak pernah menerima bantuan medis, akhirnya Rabu (14/2) lalu, saya menulisnya di Kompasiana. Hasilnya, Kamis (15/2) pihak Dinas kesehatan melalui Puskesmas setempat meresponnya. Warjiman diangkut ke RSU Simo guna menjalani perawatan sekaligus pengobatan.
Masih Tetap Lumpuh
Di pihak lain, warga Kota Salatiga yang peduli terhadap nasip Warjiman segera melakukan penggalangan dana. Anak- anak muda yang heterogen, sengaja membuka kotak bantuan hingga terkumpul sekitar Rp 2 juta. Demikian pula dengan Kompasianer Gaganawati Stegmann dari Jerman ikut bersimpati usai menyimak artikel di Kompasiana. Ia menugaskan saya agar mau menyerahkan sedikit dana sebagai rasa empatinya.
Hasilnya, Warjiman masih tergeletak di atas kasur tipis dalam kondisi tak berdaya. Entah parameter apa yang digunakan pihak medis bila menyebut bahwa laki- laki ini sudah dinyatakan sehat. Pasalnya, dengan mata telanjang orang awam bakal memastikan Warjiman tetap mengalami kelumpuhan. “Saya disuruh pulang setelah dirawat seminggu,” kata Warjiman dalam bahasa Jawa.