Pengantar
Supaya kita proporsional dalam menilai sebuah tulisan, saya merasa perlu membuat pengantar ini. Tulisan ini secara umum diperuntukan buat ineteren umat islam. Jadi bagi Anda yang non muslim bukan tidak boleh membaca, silakan saja, tapi jangan dihubungkan dengan syariat agama Anda atau konstitusi negara kita, bakalan nggak nyambung.
Kita sudah membuktikan, ajaran Islam bisa berjalan beriringan di relnya masing-masing dengan ajaran agama lain dan perundangan negera ini. Misalnya, soal keharaman memakan daging babi yang sudah sangat jelas tertulis di AlQur’an. Negara tidak melarang perdagangan daging babi selama memenuhi aturan yang berlaku, dan orang yang agamanya tidak melarang berjualan dan memakan daging babi juga bebas berjualan dan memakan daging babi. Sampai sekarang tidak ada masalah kan? Persoalan akan muncul jika misalnya ada yang merasa tersinggung dan menggugat karena kesukaannya memakan daging babi dibilang haram oleh umat lain. Atau seperti yang terjadi baru baru ini ada ormas islam yang melarang penjualan daging anjing
Bagi bapak-bapak dan Ibu-ibu dari kepolisian yang ditugaskan memantau medsos selama dua puluh empat jam selama Pilkada, semoga tetap sehat walafiat, selalu jaga kesehatan terutama kesehatan mata. Tenang saja, tulisan ini tidak bermaksud memprovokasi, apalagi bersinggungan dengan SARA, itu bukan tipe saya. Saya hanya ingin mengeluarkan unek unek saya secara proporsional
Saya mau bercerita sedikit. Jelek-jelek gini saya dulu juga sering menulis puisi. Jika sebuah puisi akan lahir, waduuuh gelisahnya tak terkira, nggak enak makan, nggak enak tidur. Setelah puisi itu berhasil lahir dengan selamat, barulah terasa lega. Sama dengan hobi menulis essay ini. Rasanya lega banget sudah menulis opini pribadi ini
Jadi, rileks saja, bisa baca sambil minum atau makan sesuatu. Saya iri lho sama tugas bapak dan ibu. Memantau medsos selama dua puluh empat jam tentu akan mendapatkan banyak ilmu tanpa khawatir kehabisan kuota internet karena sudah ditanggung oleh negara. Lha saya menulis essay ini, nggak dapat duit, kuota internet bayar sendiri. Hehehehe becanda ya,Pak.
Kalau Ahok Boleh Manafsirkan Al-Qur’an, saya Juga Boleh Dong Manafsirkan Tafsiran Ahok?
Ahok memang tidak takut pada siapa saja dan apa saja, dia cuma takut pada surah Almaidah ayat 51. Makanya dia berpesan khusus, “ lawan ide kami, jangan lawan saya dengan surah Al Maidah ayat 51,” katanya pada sejumlah wartawan. Sebagai mana kita ketahui, surah Al Maidah ayat 51 adalah larangan muslim mengangkat kaum yahudi dan nashrani menjadi auliya, pemimpin. Entah siapa yang membisikinya. Pernyataan itu malah bisa menjadi kontra produktif
Pertama, larangan umat islam memilih pemimpin non muslim bukan hanya terdapat dalam surah Al Maidah 51 saja. Sekurangnya terdapat juga di surah Al Maidah ayat 57, surah Ali Imran ayat 28, surah Annisa ayat,144 surah Attaubah ayat 23. Logika sederhananya, kalau Ahok secara spesifik hanya melarang menggunakan surah Al Maidah ayat 51 untuk melawannya, maka berarti boleh melawannya dengan surah-surah lain seperi tersebut di atas
Kedua, Kalau yang dimaksud adalah surah Al Maidah ayat 51 termasuk juga ayat-ayat yang berhubungan, pertanyaan berikutnya, bagaimana kalau menggunakan kitab suci lain selain Al Qur’an. Misalnya digunakan untuk mendudkung Ahok. Boleh? Fakta membuktikan, tuduhan SARA hanya ditujukan kepada umat yang berada di satu rumah ibadah, menolak petahana. Tapi umat yang berada di rumah ibadah lain mendukung petahana tidak disebut SARA. Jadi, apakah SARA itu kalau hanya menolak? Kalau mendukung bukan SARA?