Mohon tunggu...
Wawan Setiawan
Wawan Setiawan Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis adalah pengisi kolom info teknologi di portal Tribrata Polda Jateng http://www.tribratanewsjateng.com, narasumber tetap acara Teknovasi (teknologi dan inovasi) SBOteve milik Jawa Pos, dan CEO Internet Service Provider Baliooo.com email: wawan@baliooo.com website: http://www.baliooo.com Kompasiana: http://www.kompasiana.com/baliooo Blog: http://baliooo.wordpress.com Arsip acara televisi Teknovasi (Teknologi dan Inovasi) bisa anda cari di http://www.youtube.com dengan keyword "teknovasi"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tan Malaka, Dari Eropa Membawa Filsafat, Logika dan Ilmu Pengetahuan (Madilog)

30 Maret 2016   19:56 Diperbarui: 30 Maret 2016   20:28 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tan Malaka, dari Eropa membawa filsafat, logika dan ilmu pengetahuan (Madilog)
Oleh Wawan Setiawan

Pada awalnya, ketika SMA penulis menyukai tentang sosok figur Bung Karno, bapak proklamator Republik Indonesia. Selain membaca buku di Bawah Bendera Revolusi, penulis juga menyukai buku "Soekarno Penjambung Lidah Rakjat"

Namun setelah penulis mengenal Internet, dan bisa mengakses banyak hal, misal membaca karya karya orientalis barat, atau karya para Indonesianis, penulis mulai tertarik dengan Tan Malaka atau Datuk Ibrahim. Akhir akhir ini kisah Tan Malaka memang mulai bermunculan setelah ditulis oleh Harry A Poeze, sejarawan Leiden Belanda. Tan Malaka, saya kira satu satunya tokoh yang mengarungi dunia di kala itu, 

Tan Malaka studi di Belanda, bergabung dengan CPN atau Partai Komunis Belanda, lalu sempat ke Jerman untuk melamar menjadi tentara Jerman, dan ke Russia, untuk bergabung dengan Komintern (Komunis Internasional) pimpinan Vladimir Ulyanov Lenin, dan Tan Malaka memang akhirnya diangkat sebagai agen komintern untuk wilayah asia. Tan Malaka saya kira juga satu satunya tokoh pergerakan nasional yang sempat bertemu dengan pimpinan Komintern Vladimir Ilyich Lenin.

Tan Malaka, yang menggandrungi ide komunis internasional seperti Lev Trotsky, juga punya kiprah di dunia internasional. Selain Tan Malaka sempat datang di konggres komunis internasional ke empat pada tahun 1922, Tan Malaka juga ikut dalam membentuk Partai Komunis China terutama sebagai translator bahasa Russia dan bahasa China/mandarin. Di Konggres tersebut Tan Malaka sempat berpidato yang tidak searah dengan doktrin Komunis Internasional, Tan Malaka mengatakan "ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim".

 Dalam konggres ini Tan Malaka juga membawa ide Komunisme dan Pan Islamisme, ide tentang persatuan kaum moslem yang rata rata dibawah pengaruh imperialisme dengan kaum komunis. Pada dasarnya, doktrin Komunis Internasional adalah meminggirkan segala agama, tapi sekali lagi Tan Malaka adalah tokoh independen yang mempunyai analisis sendiri, dan dapat melihat bahwa muslim adalah kaum tertinda

Satu hal yang sangat respek bagi penulis adalah karya magnum opus Tan Malaka, berjudul 'Madilog'. Pemikiran Tan Malaka tentang Madilog banyak terpengaruh oleh perkembangan sains dan filsafat di Eropa, namun Tan Malaka juga mempunyai orisinalitas, karena Madilog juga mengungkap 'Logika Mistika' dimana hal ini merupakan kelemahan dan inferioritas penduduk nusantara. Tan dengan Madilog menginginkan Indonesia yang maju di bidang sains atau ilmu bukti, karena bagi Tan Malaka keunggulan barat sampai mereka bisa melakukan kolonialisasi ke timur adalah karena mereka menguasai sains.

Dalam hal ini Tan Malaka sempat berpesan 'Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas'

Dari statemen dan kiprahnya di dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka memang terlihat murid dari barat yang cerdas dan independen. Tan Malaka tidak secara dogmatis mengikuti doktrin Soviet Moscow, seperti Muso misalnya, tapi Tan Malaka secara independen mempunyai pemikiran tersendiri terhadap nusantara. Tan Malaka juga mendirikan partai sendiri yaitu partai Murba.

Sikap Tan Malaka yang independen juga terlihat didalam buku-nya "Merdeka 100%" dan Tan Malaka yang paling tidak mau untuk berdiplomasi dengan pihak penjajah manapun, baik Belanda, Jepang, ataupun Amerika/sekutu.

Dari sikapnya ini, Tan Malaka rupanya bersama jenderal Soedirman menginginkan perlawanan gerilya, atau non-kompromi, namun tokoh kemerdekaan lain ternyata memilih berdiplomasi atau berkompromi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun