Mohon tunggu...
Wawan Setiawan
Wawan Setiawan Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis adalah pengisi kolom info teknologi di portal Tribrata Polda Jateng http://www.tribratanewsjateng.com, narasumber tetap acara Teknovasi (teknologi dan inovasi) SBOteve milik Jawa Pos, dan CEO Internet Service Provider Baliooo.com email: wawan@baliooo.com website: http://www.baliooo.com Kompasiana: http://www.kompasiana.com/baliooo Blog: http://baliooo.wordpress.com Arsip acara televisi Teknovasi (Teknologi dan Inovasi) bisa anda cari di http://www.youtube.com dengan keyword "teknovasi"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Internet dan Perubahan Sosial

20 Maret 2016   15:36 Diperbarui: 20 Maret 2016   16:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Internet dan perubahan sosial
 Oleh Wawan Setiawan
 Pemerhati IT, politik, sosial, budaya dan penulis info teknologi di tribratanews polda jateng
 —–

Internet, pada awalnya dikembangkan oleh Advanced Research Projects Agency Network atau ARPANET dan Defense Advanced Research Projects Agency atau Darpa, sebuah institusi militer milik pemerintah Amerika. Namun sesuai tradisi penemuan, riset, inovasi dan pengembangan teknologi, biasanya kita awalnya tidak menyangka bahwa di setiap penemuan sains, riset, inovasi, kelak akan digunakan untuk kepentingan yang lebih besar dan diproduksi massal.

Secara tradisi, banyak hal yang awalnya dikembangkan oleh militer Amerika menjadi produk massal, salah satunya adalah internet ini sendiri.

Internet masuk dan mulai bisa dioperasikan di Indonesia sekitaran tahun 1990, penulis atau saya sendiri mengenal internet ketika masih mahasiswa semester 1 tahun 1994, dan pada tahun 1995 atau di usia 21, akhirnya saya memilih bekerja sebagai teknisi atau noc di Internet Serice Provider Meganet Surabaya milik Pak Dahlan Iskan Jawa Pos.

Saya sendiri ketika itu sangat tertarik dengan internet, sehingga ketika bekerja, saya jarang pulang ke rumah dan lebih banyak menikmati fasilitas kantor dimana di NOC (Network Operation Center) bandwidth tidak dilimit, baik untuk mencari info yang saya sangat penasaran maupun membuka wawasan berpikir, misal dulu kegemaran saya mengakses ke situs NASA dan mailing list tentang Indonesia yang bernama apakabar yang dibuat oleh John McDougall seorang doktor politik dari Harvard bersama Gerry van Klinken, seorang Indonesianis dari Leiden Belanda.

Ketika itu, saya yang bergabung dengan organisasi Pusat Informasi dan Jaringan Aksi Reformasi atau PIJAR, organisasi perlawanan terhadap Orde Baru, mengoptimalkan apa yang bisa saya raih, tepatnya di kantor saya sudah ada Internet unlimited, sehingga internet juga saya gunakan untuk menyebarkan gagasan atau berita dari PIJAR dan juga mengakses berita dari internet/dunia maya untuk di fotocopy dan diperbanyak untuk kemudian disebarkan di kampus kampus. Era ini tepatnya era menjelang reformasi, mailing list apakabar sangat aktif menjadi wahana maya untuk melawan orde baru.

Mei 1998, Presiden Soeharto mundur, setelah mahasiswa menduduki gedung MPR. Massive-nya aksi mahasiswa tak lepas dari jurnal jurnal propaganda yang bersumber dari mailing list apakabar. Ketika itu tidak hanya PIJAR yang memproduksi berita propaganda dan pentolan aktifisnya ditangkap, namun juga ada SiaR, XPOS maupun tulisan dari Doktor George Junus Aditjondro maupun Arief Budiman misalnya.

Mundurnya Soeharto, memang dipengaruhi banyak faktor, dari krisis ekonomi, politik tingkat atas, faktor politik luar negeri Amerika Serikat dan faktor lainnya. Namun departemen luar negeri Amerika Serikat pernah mempunyai statemen bahwa mailing list Apakabar punya peran atas kejatuhan rezim orde baru Soeharto,

Analisis ini masuk akal mengingat ketika itu semua koran dan majalah dibawah kontrol departemen penerangan dan kekuasaan main tangan besi dengan cara membredel koran atau majalah yang memberitakan tentang kejelekan pemerintahan Soeharto. Detik, Kontan, Editor, Tempo telah menjadi korban. Tempo memberitakan kasus pembelian kapal dari Jerman Timur yang penuh korupsi, pada akhirnya dibredel.

Namun media media ini melakukan perlawanan dengan online di Internet, tepatnya detik menjadi detik.com dan Tempo menjadi Tempo.co.id

Ketika itu mencari informasi yang berbeda dengan versi pemerintah yang tangan besi dan penuh sensor informasi, hanya bisa didapatkan di media online atau mailing list seperti apakabar yang traffic-nya sanga tinggi ketika itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun