Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tiga Tahap Berpikir "Logical Construct"

1 April 2019   15:45 Diperbarui: 1 April 2019   16:08 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga Tahap Berpikir "Logical Construct"

Tulisan ini adalah trans substansi pada  Immanuel Kant [1724-1804], buku "The Critique of Pure Reason (Kritik der reinen Vernunft)" atau Kritik Akal Budi Murni [KABM] diterbitkan tahun  1781.  Trans  substansi pada  Immanuel Kant dipakai untuk  menyusun kerangka pikiran menurut kerangka sillogisme itu terdiri  tiga tahap kegiatan pikir, yaitu tahap "penelaahan konsep" (conceptionong), tahap "pertimbangan atau putusan" (judgment) dan tahap "penyimpulan" (reasoning). Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Tahap Penelaahan Konsep (Conceptioning).  Pada tahap ini kegiatan pikir ditujukan pada penelaahan pengertian-pengertian  konsep-konsep pada cakupan generalisasi luas dalam bangun teori atau jalinan fakta, untuk menentukan patokan pikir (postulat/asumsi/aksioma) dalam upaya menetapkan pangkal pikir besar (premis major). Hal ini bersumber  suatu teori cakupan generalisasi luas (grand or wide range theory).

Operasionalisasinya adalah mencari keterangan (pengertian-pengertian)  "grand theory" yang kebenarannya dapat diterima tanpa pengujian atau pembuktian lebih lanjut. Keterangan-keterangan ini akan dijadikan patoka atau pegangan untuk menetapkan premis besar (major premise). Sampai di sini pekerjaan itu dikatakan menetapkan postulat, geralisasi konsep-konsep mana yang relevan dengan fenomena yang dipermasalahkan itu, dan bagaimana pengertian-pengertiannya (baik menurut definisi-definisinya maupun menurut "relationship-relationship-nya").  Menemukan "teori-teori generalisasi empirik cakupan luas" dengan cara penelaahan (peninjauan) kepustakaan. Pegangannya ialah memperoleh keterangan yang telah teruji kebenarannya. Karena itu memerlukan ketekunan dan kesungguhan, yaitu selektif, komparatif, kritis dan analitis.

Hal-hal tersebut berhubungan dengan kemampuan membeda-bedakan proposisi-proposisi yang telah teruji itu (fakta dan atau teori) dan yang belum teruji (hipotesis, atau mungkin juga dalil). Demikian pula membeda-bedakan proposisi dan definisi, deskripsi dan eksplanasi, konsep dan variabel. Untuk hal ini perlu diingat kembali mengenai "komponen/anatomi pengetahuan dan ilmu, beserta pengertian-pengertianya. Khusus mengenai proporsi-proporsi fakta ataupun teori, perlu dikaji tentang kehakikian bentuk hubungannya, ketegasan dan atau keeratannya (proportion linkage) dan tinggi-rendahnya nilai informatif nya (high and low informative value).

Meskipun susunan kerangka logika itu mendahulukan "premis major", namun dalam menyusun "conceptioning" ini rumusan dan identifikasi masalahnya (yang dicari "premis minor"-nya) dapat didahulukan. Artinya mencari pengertian-pengertian  konsep-konsep/variabel-variabel yang akan ditelaah  fakta-fakta dan atau teori-teori itu didasarkan pada rumusan dan identifikasi masalah yang hendak dijawab itu. Misalnya rumusan dan identifikasi masalah yang hendak dijawab itu sebagai berikut : [1] Problem Statement : "Belum dapat menjelaskan keadaan rel kereta api di dataran tinggi dan di dataran rendah". [2]  Research qustion :    "Bagaimana keadaan rel kereta api di dataran tinggi dan di dataran  rendah", atau "Samakah keadaan rel kereta api di dataran tinggi dan di dataran rendah".

Pada perumusan masalah tersebut terkandung konsep-konsep variabel-variabel "determinant" dan "result", yaitu dataran tinggi dan dataran rendah (lingkungan) sebagai "determinant" (penentu atau yang berpengaruh) terhadap keadaan rel kereta api sebagai "result" (yang ditentukan atau yang dipengaruhi). Konsep/variabel dataran tinggi dan dataran rendah itu merupakan "konsep besar" tentang ketinggian tempat  permukaan laut (altitude). Keterangan (informasi) yang diperoleh konsep "altitude" (sudah mencakup dataran tinggi dan dataran rendah) ialah tentang "suhu (temperatur) suatu tempat ", yang menerangkan  "setiap ketinggian naik 100 meter, suhu turun 1oC". Jika berdasarkan penelaahan kepustakaan kebenaran  informasi tersebut meyakinkan tidak memerlukan pengujian atau pembuktian lebih lanjut, maka informasi tersebut dianggap sebagai postulan/asumsi/oksioma (patokan pikir).

 Penelaahan kepustakaan mengenai "suhu (temperatur)" itu diperoleh keterangan  hal itu bersangkutan dengan energi "panas", sedangkan keterangan lain yang diperoleh  padanya ialah hukum panas, yaitu : "Jika logam terkena panas, maka memuai". Karena konsep-konsep variabel-variabel yang terkandung pada keterangan tersebut bersifat luas (logam, panas, dan memuai) maka dapat dipakai sebagai pangkal pikir besar (major premise), jika dianggap benar (kebenarannya dapat diterima).

"Conceptioning Khusus", yaitu tentang "result" atau konsep/variabel terpengaruh "keadaan kereta api". Keterangan yang diperoleh untuk hal itu bukan tentang fungsinya sebagai jalan untuk melajunya kereta api, tetapi mengenai wujud benda atau barangnya. Berdasarkan hasil penelaahan kepustakaan, diperoleh keterangan  rel kereta api adalah baja/besi. Jika hal ini kebenarannya dapat diterima tanpa pengujian/pembuktian lebih lanjut, maka rel kereta api adalah baja/besi itu merupakan "postulat khusus". Sampai di sini selesailah tahap penelaahan konsep-konsep (conceptioning), beranjak pada tahap berikutnya, yaitu tahap menimbang atau memutuskan (judgment).

Tahap Pertimbangan atau Putusan (Judgment).  Tahap ini diartikan sebagai kegiatan pikir dalam menimbang atau memutuskan untuk menerima atau menolak kesesuaian antara pokok (subyek) dan sebutan (predikat)  suatu keterangan yang sedang dibahas. Pada berpikir deduktif kegiatan ini adalah menerima atau menolak  konsep/variabel khusus merupakan "bagian" (golongan, kategori atau spesifikasi)  konsep/variabel umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun