Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Niat Baik Kelebihan Bayar Hutang

21 Februari 2017   22:14 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:22 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pribadi : Fiki dan Imam menghampiri salah seorang Tukang becak

"Saling berilah hadiah diantara saudaramu, niscayakecintaanitu semakin erat di antara kalian"-H.R. Bukhari.

Jumat malam setelah bergumul dengan macet oleh orang yang akan menghadiri acara zikir dan shalawatan yang dihadiri oleh salah seorang habib syeikh, serta hujan gerimis yang tak henti sejak sore, sampai kos ponsel langsung saya charge dan nyalakan. Ada ratusan chat dari whatsapp yang masuk, salah satunya yang paling atas dari salah seorang kawan yang dulu sering bully-bully-an dengannya.

" Lagi di mana saudaraku?. minta nomor rekeningnya dong. saya mau melepaskan beban hidup ini". Tiga pesan darinya, dan sering saya olok kalau dia memanggil dengan kata saudaraku berarti ada maksud terselubung dari ucapannya. salah satunya sewaktu dia menanyakan tentang posisi, dengan ucapan yang sama, ujung-ujungnya meminta bantuan untuk mengantarkannya ke bandara. dan kali ini dia meminta nomor rekening, sepertinya tujuannya untuk mengembalikan uang yang beberapa waktu lalu. Pesannya saya balas dengan emoticon ketawa, sambil tetap mengirimkannya juga nomor rekening saya.

" tapi kayaknya besok bisa saya kirimkan saudaraku, ini sudah malam dan hujan pula". Saya diamkan saja. Meski dia memuji dengan mengatakan saya malaikat yang berhati mulia. Malah saya balas dengan mengatakan saya tidak mau seperti malaikat, tidak punya nafsu (hahah). Setelah itu bully-an dari chat semakin berlanjut, namun kembali saya diamkan saja.

Keesokan harinya selesai jumatan dia kembali menanyakan posisi, dan baru saya balas ketika sedang mengikuti perkuliahan di acara kuliah umum seorang peraih nobel dari Inggris. Tak lama berselang, sms dari Bank rakyat masuk ke ponselku dengan nominal uang yang telah ditransfer ke rekeningku. Nominal tersebut sepertinya ada kelebihan, dan kelebihan tersebut membuatku bingung, padahal nominal lebihnya tersebut pernah ditransfer juga beberapa waktu lalu. Saya pun menanyakan kelebihan tersebut, apakah karena salah transfer ataukah dia lupa bahwa nominal yang dilebihkan tersebut pernah ditransfer. Baru sekitar 30 menit kemudian ada balasan, kelebihan itu dia sengaja, sudah diniatkan, dan berucap itu diikhlaskan.

Bukan bermaksud sok kaya, atau sok idealis dengan tidak mau menerima kelebihan pengembalian tersebut. Namun sepertinya saya pun harus mengembalikannya dengan berucap tidak bisa menerima kelebihan tersebut. Sisi dramatisnya muncul, dia pun tidak mau menerimanya karena sudah diikhlaskan, ungkapnya. Saya pun berjanji sorenya nanti akan mengajak beberapa kawan untuk menikmati kelebihan kembalian tersebut dan mendiskusikan selanjutnya digunakan untuk apa kelebihan tersebut jika kedua pihak tidak mau menerimanya.

Mengingat-ingat kronologi awalnya sampai dia mengembalikan dengan melebihkan sepertinya memang sudah dia niatkan. Waktu itu saat sedang bermain-main ke perpustakaan untuk menekuni garapan tugas UTS, tiba-tiba dia datang menghampiri, lalu bercerita panjang lebar tentang titipan sepeda motor kawannya yang diamanahkan padanya untuk dijualkan. Lalu mengajak saya untuk mencoba mengiklankan motor tersebut, jika laku keuntungannya akan dibagi dua. Dia pun bercerita tentang kondisi motor kawannya tersebut yang masih cukup bagus untuk harga murah yang dia tawarkan. Sementara akan lebih murah lagi jika saja kawan ini yang membelinya.

Meski barangnya belum saya lihat, dengan dia menceritakan dengan yakin kondisi motor tersebut yang masih bagus, akhirnya saya sarankan dia saja yang ambil motor tersebut. Dia pun menceritakan kendalanya, uang di rekeningnya tidak mencukupi untuk motor tersebut. Teringat di rekening saya masih cukup isinya untuk membayar motor tersebut, dan masih bisa untuk biaya hidup sehari-hari. Namun tak serta-merta menawarkannya langsung untuk memakai uang saya.

"Kiita iklankan saja di OLX ya atau di grup-grup facebook atau WA, nanti untungnya kita bagi. Sebenarnya saya tertarik untuk membelinya, tapi sayang tidak ada uang ini"

"Ambil saja bro, pake uang saya dulu, besok ganti kalau sudah keluar uang bulanannya"

"Serius ini bisa saya pakai uangnya". Saya iyakan saja, dan selesai dari perpustakaan langsung saya cari ATM untuk transferkan uangnya. Sejak itulah saya dipanggil donatur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun