Mohon tunggu...
Baderul Mustofa
Baderul Mustofa Mohon Tunggu... -

Pemuda Berkepribadian Ahlussunnah Wal Jama'ah || Kader DPN Gemasaba

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membumikan Pancasila di Masyarakat

2 April 2019   11:38 Diperbarui: 2 April 2019   11:44 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ideologi Pancasila bukanlah konsepsi yang lahir dari langit, bukan juga lahir dari pemikiran ekstrim 'Barat' maupun 'Timur',bukan ideologi contekan, melainkan Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil penggalian terhadap kepercayaan, kepribadian, dan wawasan kebangsaan yang telah mengakar dalam kultur kehidupan masyarakat. 

Demikianlah diucapkan Anggota MPR RI dari Dapil Kalsel 1, Dr. H. Zainul ArifinNoor dalam pemaparannya di acara sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). (14/03/2019)

Beliau menambahkan bahwa Pancasila adalah karya bersama, yang merupakan hasil dari pergumulan gagasan dari tokoh pendiri bangsa dengan mengambil nilai luhur dalam lintas sejarah bangsa Indonesia. 

Pancasila bukan milik kaum terpelajar, kaum nasionalis, bukan milik agama tertentu apalagi milik kaum sekuler. Melainkan Pancasila adalah milik bersama seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dengan Pancasila negara dengan jumlah kepulauan terbesar dapat disatu-padukan. Dengannya pula negara yang berbeda suku, budaya, bahasa, dan agama dapat dipersatukan.

"Jika kita melihat realitas bangsa-bangsa di dunia belum pernah ada bangsa yang dapat dipersatukan ditengah keberagaman yang dimiliki. Bahkan di negara yang satu ras ataupun agama sekalipun dapat terpecah belah karena kesamaan yang ada. Justru hanya di Indonesia lah negara yang begitu plural namun dapat sejalan cita dan spirit dalam bernegara" kata Zainul Arifin.

Maka alasan apalagi yang membuat kita patut tidak percaya terhadap Pancasila. Bukankah Pancasila dalam lintasan sejarah kebangsaan kita telah mampu menyatukan perbedaan menjadi jati diri bangsa kita? Bukankah pula dengan Pancasila, negara Indonesia mampu menemukan konsensus win-win solution bagi semua golongan tanpa ada yang merasa termajirnalkan?

Melihat realitas kehidupan kekinian gejala intoleransi yang mencuat ke permukaan bukan berarti menunjukkan kelemahan Pancasila yang kemudian Pancasila itu mesti diganti dengan ideologi/falsafah negara yang lebih kontekstual, bukan? Ibarat orang sakit, yang mesti dibuang adalah penyakitnya bukan orangnya. Sama halnya dengan Pancasila. 

Pemikiran yang demikian menandakan pemahaman terhadap Pancasila masih tekstual, tidak sampai pada level kontekstualitas apalagi aktualitasnya. Maka, sejak sekarang juga pemahaman terhadap Pancasila perlu direkontruksi sehingga dapat dipahami sesuai dengan jalannya yang benar, begitu kira-kira.

Lalu pertanyaannya apa yang dapat dilakukan dalam membumikan Pancasila?

Zainul menambahkan bahwa ada beberapa hal Lalu apa yang harus dilakukan, Pertama, merubah mindset. Pemahaman terhadap Pancasila mesti dipahami bukan hanya sebagai ideologi statis yang mempersatukan, melainkan juga sebagai ideologi dinamis yang dapat menuntun bangsa dalam mencapai tujuannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun