Menyambut Idul Fitri itu perpaduan ras sedih dan gembira--bercampur baur. Sedih karena akan ditinggal Ramadan; gembira karena akan menyambut hari raya Idul Fitri, kembalinya kita, semua umat manusia kepada fitrah.
Ramadan adalah bulan pelatihan--pembangunan karakter melalui pembiasaan selama 1 bulan. Semoga ada kebiasaan baru terbentuk usai ramadan, dan proklamasinya adalah saat tiba iedul fitri.
Mengapa saya mengkaitkan Ramadan dengan Social Entrepreneur....?
Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian tahun 2006, asal Bangladesh, yang menginisiasi Grameen Bank sebagai gerakan pemberdayaan kaum miskin (wanita) melalui micro finance, menyatakan bahwa social business/social entrepreneurship adalah cara menyelesaikan masalah sosial dengan menggunakan pendekatan bisnis. Social Entrepreneurship merupakan kombinasi kepekaan sosial untuk memahami masalah dengan kecerdasan inovasi untuk menyelesaikan masalahnya.
Social Entrepreneur adalah istilah yang dimunculkan oleh Bill Drayton di era 80-an, melalui gerakan Ashoka Foundation, bermaksud mengkoneksikan para social entrepreneur sebagai changemaker (pelaku perubahan). Bill Drayton bukan hanya akademisi yang lulus dari Harvard University dan Yale University--dua kampus ternama di dunia--memunculkan istilah akademik saja, akan tetapi merupakan living value dari social entrepreneur itu sendiri. Jika ingin memahami makna social entrepreneur, maka pelajarilah riwayat hidup Bill Drayton; sosok yang walk the talk; menjalankan apa yang dikatakannya.
Social Entrepreneur ibarat satu jiwa yang memiliki kombinasi antara Mother Theresa yang sangat memiliki kepekaan social tinggi dengan pemikiran inovatif Richard Branson sang pendiri Virgin Air. Kepekaan sosial dan inovasi bisnis memadu dengan sempurna dalam mindset seorang social entrepreneur.
Apa hubungannya dengan Ramadan?
Ramadhan adalah bulannya kepekaan sosial. Tak hanya mengetahui dan memahami, tapi kita turut merasakan bagaimana tidak makan, seperti yang dirasakan oleh orang yang tak berpunya. Kepekaan sosial dan empati ini menjadi istimewa ketika berbuah pahala dan kedekatan kepada-Nya. Berlimpah ruah manusia menyisihkan hartanya; bahkan para pebisnis, ratusan juta digelontorkan dalam bentuk zakat untuk membantu kaum fakir-miskin dan 6 tingkatan penerima zakat lainnya.
Menjadi pertanyaan mendasarnya adalah, apakah orang yang sama, yang menerima santunan dan zakat ini, kemudian juga menerima santunan dan zakat di tahun depannya? Apakah 'kemerdekaan' dari ketidakpunyaan hanya dinikmatinya ketika Iedul Fitri saja? sehari-dua hari untuk kemudian berjibaku dalam beratnya mencari nafkah untuk keluarga?
Siklus satu tahun bisa diprediksi. Ramadan akan kembali tahun depan. Semoga kita bertemu dan mendapat kemuliaan.Â
Saatnya, menjadikan Social Entrepreneurship sebagai solusi. Menggunakan dana-dana yang melimpah ketika Ramadan, tak hanya dialokasikan untuk santunan yang habis sesaat, ditelan oleh euphoria Idul Fitri saja. Saatnya, usai mindset Mother Theresa terlatih selama sebulan Ramadhan, dilengkapi dengan mindset inovasi bisnis Richard Branson di satu tahun berikutnya; sehingga orang yang tahun ini menerima santunan dan zakat bertransformasi menjadi pemberi santunan dan zakat di tahun depannya.