Mohon tunggu...
Ayik Teteki
Ayik Teteki Mohon Tunggu... Freelancer - Gubug Wening

manusia biasa yang tak sempurna

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belum Merdeka di Hari Merdeka

18 Agustus 2017   22:36 Diperbarui: 18 Agustus 2017   23:29 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat melakukan penghormatan pada saat pengibaran bendera merah putih di Gedung Agung, Jl. Ahmad Yani, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta, Kamis (17/8/2017). Ridhoino Kristo Sebastianus Melano

"Indonesia memang merdeka dari penjajah, tetapi tidak dari bangsanya sendiri," kata satu di antara warga Yogyakarta, Esti (35)

YOGYAKARTA - Tit... tit.... tit.. suara klakson kendaraan menghentak riuh keramaian di Jalan Ahmad Yani, Ngupasan, Gondomanan Yogyakarta. Beberapa pelajar terlihat berjalan berbaris menuju Istana Yogyakarta yang dikenal masyarakat dengan nama Gedung Agung.

Mengenakan beragam pakaian adat nusantara, para pelajar memasuki halaman Gedung Agung tempat dilangsungkannya upacara bendera memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-72. Ada pula aparat yang melakukan pengamanan di sekitar gedung dan sejumlah pejabat yang hadir memenuhi undangan. Setidaknya ada 160 anak kelompok paduan suara gabungan dari anak-anak sekolah SD-SMP-SMA yang berasal dari berbagai latar belakang sekolah. Ada pula kelompok musik pengiring paduan suara dari Sekolah Musik Nasional beranggotakan sekitar 87 orang. Mereka akan menyanyikan lagu-lagu nasional dan daerah dalam upacara bendera peringatan 72 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. 

Sejak pukul 06.45 WIB sejumlah masyarakat juga mulai berdatangan mencari lokasi yang tepat agar dapat menyaksikan prosesi upacara bendera yang dipimpin Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan HB X. Mereka hanya bisa melihat dari balik pagar karena tak memiliki undangan resmi memasuki lokasi upacara.

Suasana sekitar lokasi upacara dihiasi umbul-umbul dan bendera merah putih. Pada kursi peserta upacara, terdapat perbedaan antara kursi peserta dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Kursi peserta diberi lapisan kain merah putih sementara warna keemasan menjadi ornamen di sofa Sang Sultan yang seakan mempertegas definisi upacara menurut Ben Anderson, bahwa upacara menjadi momen dimana penguasa memamerkan dan sekaligus mengakumulasi kekuasaan dari rakyat.

Satu di antara masyarakat yang hadir, Novianto mengaku sengaja datang ke Gedung Agung untuk menyaksikan jalannya upacara.

Menurut mahasiswa Amikom yang berasal dari Tangerang ini, momen upacara bendera mengingatkannya ketika bertugas sebagai Paskibra di Kabupaten Tangerang.

"Ingatan ini menggugah semangat nasionalisme dan rasa bangga menjadi orang Indonesia," tuturnya, Kamis (17/8/2017).

Hal senada diutarakan Tri Wuryono. Pensiunan RRI ini mengantar cucunya yang menjadi anggota paduan suara. Selama memperhatikan kegiatan yang berlangsung, ia menganggap ini sebagai kegiatan yang positif dengan menyanyikan lagu nasional dengan mengenakan baju adat nusantara.

Kegiatan ini dapat membiasakan anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya yang berbeda latar belakang, baik sekolah, keyakinan, etnis dan lainnya. Sehingga memupuk rasa toleransi dan menghargai keberagaman.

"Namun sangat disayangkan, karena sistem yang ketat di dalam, warga justru dijadikan penonton, bukan sebagai peserta upacara," ucap Tri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun