Mohon tunggu...
Ayid Suyitno
Ayid Suyitno Mohon Tunggu... -

Lebih 100 media memuat tulisannya. Lebih 100 lainnya menjadi Donor Darah di PMI Kramat, Jakarta Pusat. Pernah menjadi guru dan dosen.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lewat Internet, Berbahasa Sunda Pun Jadi Lancar

25 Juli 2017   10:58 Diperbarui: 25 Juli 2017   11:05 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PAGI. Anak wedokku, Nadia Rahma Kurnia, ngambek. Gara-garanya aku tidak membantu ia mengerjakan PR Bahasa Sunda-nya. Padahal, dari kemarin aku sudah janji ingin sekadar menemani dan mengoreksi tugas yang diberikan gurunya untuk mata pelajaran 'bahasa ibu' di mana kami tinggal di Bekasi.  

Aku yang kebetulan punya keluarga di Subang, Jawa Barat, dianggap lebih mengerti dari ibunya yang dari Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Aku sudah berniat menggarapnya malam hari -- bersama Nadia -- usai menuntaskan beberapa aplodan dan editan pekerjaan seharian yang biasa aku lakukan.

Namun, apa daya, lupa melanda dan Nadia juga tidak menanyakannya. Yang ternyata 'meledak' saat pagi jelang ia bersiap-siap pergi ke sekolah.

Apa boleh buat, aku memintanya mencarikan kamus Bahasa Sunda yang sejak jauh-jauh hari aku belikan untuk Masnya, Daffa Maulana Dewandi, yang juga sempat kesulitan dengan pelajaran bahasa ini saat ia kelas lima. Eh, tidak diketemukan dalam pencarian yang mendadak itu.

Terpaksalah, aku berpaling pada internet. Aku buka gadget dan ternyata aku bisa membantu Nadia mem-Bahasa Sunda-kan dari tiga cerita sangat pendek yang ditulisnya, utamanya pengalamannya selama musim liburan Ramadan dan Lebaran lalu.

Wajar jika aku mengklaim kemampuan ber-Sunda yang aku kuasai selama ini bisa semakin lancar jika aku terus menekuninya. Meski pasif, mengingat aku sudah tidak pernah lagi berkumpul dengan para pengguna Bahasa Sunda tersebut.

Masalahnya, di Bekasi, aku selalu mendengar percakapan dalam bahasa yang unik yang orang bilang Bahasa Bekasi. Tuturannya mirip Betawi -- meski Betawi terbelah antara Tengah dan Pinggir -- dan demikian khas. Ada yang bilang itu Betawi Ora. Entahlah!

Rasanya bisa jika para pelajar di Bekasi (Kota dan Kabupaten) diajarkan Bahasa Bekasi, bukan Bahasa Sunda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun