Mohon tunggu...
Zulkarnain El-Madury
Zulkarnain El-Madury Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menganut Theologi Anti Paganisme/Syirik.\r\nTauhid adalah pahamku\r\nSyariat adalah hukumku\r\nAllah adalah Tuhanku\r\nMuhammad adalah Metode (manhaj)hidupku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FPI Vs JIL, Pertengkaran Warga NU

12 Februari 2011   23:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:39 2092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

FPI lahir dari warga NU garis keras, artinya keberadaan FPI sejak awalnya terbentuk oleh warga NU yang cendrung berpikir pentingnya menegakkan syariat Islam, tentunya sejalan dengan perkembangan pemikiran dalam dunia NU yang kian terbuka. FPI sejak lahirnya mengumandangkan “Nahi Mungkar” (pencegahan total dari segala bentuk kemungkaran, kejahatan dan berbagai aksi kemaksiatan), dengan mengedepankan gerakan pemantauan terhadap arena arena maksiat, pembersihan privasi sek bebas, liar, miras dan narkotika, perjudian dan segala jenis kemaksiatan lainya yang bertebaran di republik tercinta, Indonesia.

Perjalanan FPI dari awal memang dihadapkan pada pilihan harus berbuat dan bertindak berdasarkan norma norma agama, sekalipun terpetik berita kalau FPI itu bringas sades dan preman dalam menyelesaikan banyak kasus. Anggapan tindakan sades, preman dan kejam FPI ini menyebar dari anggota masyarakat yang bersinergi dengan kemaksiatan. Paling tidak karena kelompok pembangkang dan kontra pemikiran FPI, juga terlibat dalam kiat kiat kemaksiatan, sekecil apapun perannya. Memang suka atau tidak suka menerima kehadiran FPI sebagai ormas agama yang anti maksiat, adalah sangat tergantung pada latar belakang siapa yang bicara. Faktor pengaruh lingkungan sangat menentukan seseorang, menolak atau setuju dengan cara cara FPI. Kalau biasa hidup dalam lingkungan salah sejak awal, kemungkinan kecil sekali bisa menerima FPI menjad bagian dari Filter kemaksiatan. Sebaliknya kalau biasa hidup dalam lingkungan agamis, faktor dominan untuk mendukung kebradaan FPI. Masalahnya retorika perjuangan FPI, tidak banyak diminati oleh kalangan Birokrat, karena birokrasi bisa melincinkan izin bermaksiat di Indonesia. Itu tentang FPI.

Sedangkan JIL bisa dikatagorekan gerakan sempala yang lahir dari anak anak NU, karena faktor dominan JIL, adalah Ulil Abshar Abdallah adalah anak NU, kebanggaan Gus Dur, Sebab Ulil Abshar termasuk pecandu berat paham paham kotroversi Gus Dur, yang kemudian menjadi sudut pandang Ulil dalam melangkah, mengembangkan karakter JIL-nya. Kalau melihat dan menyimak gagasan JIL kedepan terfokus pada tema tema pluralisme, mengangkat isu isu persamaan nilai dan perlindungan terhadap kesesatan sebuah kelompok. (Baca pengantar pembuka Jil: Dengan nama AllahTuhan PengasihTuhan PenyayangTuhan segala agama. ), Maka sudut muslim yang paham arah pemikiran JIL, tentu akan menyatakan, kalau JIL bukan beraga Islam, tetapi beragama berbagai agama. Jika kemudian lahir di NU dan menyematkan kebesaran NU, tentu karena NU menganggap orang orang nyelenih di NU sebagai waliyullah. Bisa saja JIL dalam hal ini menyamakan dirinya sebagai wakil Allah, sebagaiman disematkan dalam media garapannya.

Paradok tentunya keinginan FPI yang “ mencegah segala bentuk kemungkaran” dan keinginan JIL yang melanjutkan estafet berbagai golongan sesat”. Selamanya kedua ormas yang lahir dari warga NU tersebut tak akan bisa bisa bertemu, sebab FPI yang menganut Leterat perjuangan berdasar konep Jihad “ Nahi Mungkar” dan JIL yang menganut “Pluralisme”, dan orang orang yang dipandang pantas bericara Islam, kendati dari golongan yang tidak jelas.

Jil yang berkantor di Utan kayu Jakarta timur, menjadi media JIL menyebarkan paham dan membangun koneksi dengan kelompok yang dianggap menguntungkan keberadaan JIL. Menjadi kantong melahirkan gagasan kedepan JIL dalam membangun masyarakat JIL yang asosiatif dengan libralisasi agama agama. Tentunya beda dengan FPI yang berloka di PetamburanTanah Abang Jakarta, lebih mendasarkan pada dasar dasar keyakinan tersendiri, konsentrasi memilih Islam sebagai titian berkarya, memicu keinginan berbeda dari JIL untuk membungkan lawan polekmnya dengan trek trek, seolah JIL sangat berprikemanusian, padahal sebaliknya menindas JIL dengan paham pahamnya, masyarakat yang tidak sepaham dengan JIL. Itulah sekitar pertarungan FPI vs JIL, masih terus berlangsung, belum ada wasit yang menyatakan siapa yang menang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun