Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanam, Tanamkan, Tertanam

16 Januari 2020   15:30 Diperbarui: 16 Januari 2020   15:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika terlahir, kerap kali menangis, masih seorang bayi. Sangat tergantung akan orang tua yang mengurus, merawat juga menjaganya.

Bertumbuh kembang, usia batita lalu balita. Mulai cerewet dan lain sebagainya. Sudah tahu dan mulai pandai memilih pula, apa yang disukai, apa yang tidak disukai.

Usia sekitar 7 tahun, mulailah Sekolah Dasar jadi pengalaman belajar. Di awal, sebelum Sekolah Dasar dimulai, satu atau dua tahun bermain juga belajar di Taman Kanak-kanak atau Playgroup.

Waktu terus berjalan, Sekolah menengah Pertama lalu Sekolah Menengah atas menjadi prioritas dengan seabrek kesibukan, apakah itu aktivitas wajib di sekolah atau aktivitas lainnya yang sifatnya ekstrakurikuler.

Tak berhenti sampai di situ, pilihan harus ditetapkan setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas. Apakah kuliah akan jadi prioritas berikutnya? Atau justru mencari pengalaman hidup dengan bekerja di salah satu perusahaan, akan menjadi pilihan juga jawaban kisah perjalanan hidup berikutnya.

Usia, lingkungan, pola asuh, juga pola didik dari orang tua sangatlah besar pengaruhnya untuk pola pikir putra dan putri. Ibarat Two Face, sisi baik atau sisi buruk yang dominan akan tertanam di pola pikir mereka sedari kecil, remaja, kemudian beranjak dewasa.

"Lingkungan yang sehat, secara langsung atau tidak langsung, tentunya akan menyehatkan."

"Pola asuh dan pola didik yang baik, tentunya akan bisa membuat pola pikir putra dan putri sejatinya baik."

"Berupaya sekuat tenaga mendidik putra dan putri menjadi pribadi yang baik, terpelajar juga benar adalah kebutuhan dan tentunya kewajiban orang tua."

MINDSET

Yup, Pola pikir yang tertanam di pikiran. Ada dua sisi kemungkinan, dan tentunya menghadirkan pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun