Mohon tunggu...
Amrullah Aviv
Amrullah Aviv Mohon Tunggu... -

Berusaha untuk bisa lebih dewasa dalam melihat fenomena kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepemimpinan dan Partai Politik

15 Maret 2013   02:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:45 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Definisi tentang kepe­mimpinan sangatlah banyak kita temukan, hampir seba­nyak jumlah orang yang mendefinisikan konsep tersebut. Ada beberapa literatur yang definisinya menurut penulis cukup mewakili. Henihill dan Coons menyatakan kepemimpinan adalah suatu perilaku dari seorang indi­vidu yang memimpin aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama. AdapunRauch dan Behling menyatakan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas suatu kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan. Rhenald Kasali dalam bukunya “Re-Code Your Change DNA, Membebaskan Belenggu-Belenggu Untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan Dalam Pembaharuan” menyatakan : Pemimpin, bukan anak buah. Dialah yangbertanggung jawab. Dalam situasi yang sulit ia bukan sekadar pemangku jabatan, melainkan seseorang yang menimbulkan gerakan dengan kekuatan pengaruhnya. Maka di zaman sulit, namanya bisa menjelma menjadi motivator, coach, penerjemah, nabi, dai, guru, paus, jenderal, atau panglima. Beda benar dengan sebutan-sebut­an formal yang tertera pada surat keputusan pemangku jabatan: pres­iden, direktur, dirjen, sekjen, menteri, kabag, kasie, kapolres, kacab, dan sebagainya. Lihatlah Gambar di atas, dan renungkanlah di mana Anda berada. Pemangku jabatan hanyalah pemimpin level 1, yaitu pemimpin yang berada pada lapisan terendah dengan daya pikat/daya pengaruh yang nyaris tak berbunyi. Lumpuhnya organisasi-organisasi usaha dan pemerintahan di Indonesia, begitu banyak orang yang sudah merasa menjadi pemimpin dengan hanya mengantongi surat keputusan (pemimpin level 1). Tentu saja ada banyak sebab mengapa kebanyak­an pemimpin pada suatu kerangka budaya (bang­sa) terperangkap pada level 1. Sekolah yang terlalu mengandalkan prestasi akademis (bukan kepemim­pinan), kecenderungan formalitas, serta atasan-atasan yang rata-rata juga pemimpin level 1 punya kecenderungan memilih orang yang sama seperti mereka. Pepatah Amerika mengatakan, bird of a feather flock together (burung-burung yang bulumya sama, membentuk kelompok yang sama). Orang­-orang bermental “manajer” bahkan punya kecenderungan “takut” dengan mereka yang punya kecenderungan menjadi pemimpin. Mereka akan mengontrol orang­orang bebas-merdeka, kreatif dan berani itu agar tetap berada di bawah kendali­nya. Manajer tidak menghasilkan atau menciptakan pemimpin, melainkan hanya bawahan atau pengikut.

Dengan demikian, jelaslah, negeri ini membutuhkan pe­mimpin, bukan sekadar mana­jer. Manajer bisa diperoleh dari sekolah-sekolah (kampus-kam­pus), sedangkan pemimpin di­uji dalam “pasar”. Ia diuji oleh masyarakat, klien, perusahaan dan sebagaimana diterima, oleh “pasar” karena nilai-nilai (values) yang mereka miliki dan manfaat (benefit) yang mereka berikan. Bagaimana dengan aspek kepemimpinan yang terjadi pada partai politik di Indonesia? Sejarah partai politik di Indonesia diawali dari pengumuman Wakil Presiden Hatta pada 3 November 1946 tentang seruan untuk mendirikan partai politik. Sebagai negara yang meng­anut sistem demokrasi maka keberadaan partai politik di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Dalam perja­lanan panjang sejarah demokrasi yang dibangun di negara ini, tidak bisa dipungkiri bahwa peran strategis partai politik adalah untuk melahirkan para pemimpin bangsa. Kontribusi yang demikian besar ini akan menjadi lebih bermakna manakala para pemimpin partai yang diamanati rakyat untuk memimpin bangsa ini mampu berperan optimal untuk membawa kehidupan bangsa ini lebih adil dan sejahtera. Pemimpin merupakan faktor penting untuk membawa pcrubahan dan perkembangan suatu bangsa. Kita lihat hahwa kondisi wajah bangsa Indonesia saat ini, dalam situasi ketidakmenentuan, merupakan hasil karya para pemimpin yangtelah berkuasa selama ini. Melalui partai politik yang ada, sering kita saksikan para pernimpin bang­sa telah secara akrobatik menunjukkan dirinya pada rak­yat bahwa mereka bukanlah orang yangmurni untuk memperjuangkan nasib rakyat dan membawa bangsa ke depan pintu gerbang keterpurukan dan kesengsaraan. Pa­ra pemimpin yangdilahirkan oleh partai politik telah gagal untuk membawa bangsa ini menuju pada kondisi yang lebih baik sesuai dengan cita-cita bangsa. Kegagalan partai politik untuk melahirkan para pemimpin bangsa yang berkualitas telah dicatat oleh sejarah. Kenyataannya, parpol hanya sibuk demi meraih kekuasa­antanpa diimbangi penyiapan kader partai yang matang. Mereka nyaris tidak memandang perlu untuk terus me­ningkatkan kualitas para kader dan pemimpin-pemimpin yang mereka miliki. Pola kaderisasi yang masih setengah hati, serampangan, dan miskin konsep seolah menjadi identitas yang tepat bagi keseriusan pembangunan SDM dalam sebuah parpol. Kenyataannya lagi menunjukkan bahwa kondisi parpol semakin parah manakala ia hanya berorientasi utama mendulang suara sebanyak mungkin dengan tanpa dibarengi dengan upaya peningkatan kualitas ka­daernya. Kader-kader partai yangmuncul akhirnya adalah pemimpin-pemimpin karbitan. Kualitas para pemim­pin yang dihasilkan oleh partai terasa memprihatinkan. Bangunan Sistem Kepemimpinan yang kokoh juga membuat barisan organisasi menjadi kokoh, solid dan tak mudah tergoyang. Dengan beberapa standar analisa ini maka setidaknya secara kasat mata kita bisa menilai tentang kaderisasi kepemimpinan dalam partai politik, maka  PKS  menjadi partai terdepan dalam mencetak pemimpin dari nol, dikader dan dibentuk dan selanjutnya dijadikan pemimpin. Dengan stock kader yang banyak, militan dan disiplin ditunjang proses kaderisasi yang mapan maka PKS sangat layak dijadikan sekolah Kepemimpinan, seperti yang dikatakan Anis Matta bahwa : Sistem politik kita skrg memastikan bhw sumber kepemimpinan lokal dan nasional adalah partai. Dan  ingin berkontribusi dalam mencetak Pemimpin Bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun