Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Baca Potensi Desa, Rancang Wisata Kampung Kopi

29 Maret 2017   12:54 Diperbarui: 29 Maret 2017   21:00 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jatiarjo dikenal masyarakat luas sebagai desa yang dilalui jalur wisata. Meski demikian, desa ini bukan merupakan desa wisata. Spirit untuk “menjadi tuan rumah di desanya sendiri” telah mendorong masyarakat untuk merencanakan konsep wisata kampung kopi.

Masyarakat berkomitmen untuk memanfaatkan semua potensi yang ada di desa guna mendukung terwujudnya wisata kampung kopi. Perwakilan masyarakat yang tergabung dalam peserta Sekolah Inovasi Tani memulai aktivitas perencanaan wisata kampung kopi dengan mengidentifikasi sembilan aset dan potensi desanya.

Bertempat di Rumah Jamur Desa Jatiarjo, para peserta sekolah ini melakukan penyelarasan akhir dokumen analisis potensi desa yang telah disusun selama satu bulan. Dokumen ini nantinya dijadikan bahan oleh masyarakat untuk berkomunikasi dengan pemerintah desa dan pihak-pihak lainnya. Acara yang diselenggarakan pada Senin (20/02/2017) ini juga membahas persiapan pelaksanaan musyawarah desa untuk pengarusutamaan rencana wisata kampung kopi.

Tantangan dan Strategi

Meski kopi sudah sejak lama menjadi tumpuan hidup masyarakat Jatiarjo, masih ada sebagian masyarakat yang belum memahami seluk beluk budi daya dan pengolahan kopi. Renza Saputra, salah seorang tokoh pemuda Jatiarjo menyatakan bahwa secara umum masyarakat masih perlu banyak belajar untuk menyongsong rencana Jatiarjo sebagai kampung wisata wisata kopi. Selain itu, peralatan pengolahan modern juga diperlukan untuk efektivitas pengolahan.

“Orang-orang di sini masih pada bingung bagaimana mengeringkan kopi selain dijemur. Kalau musim hujan kan tidak bisa jemur kopi, Mas,” katanya.

Menanggapi pernyataan tersebut, Harno, ketua BPD Jatiarjo yang juga hadir berkomentar bahwa sebenarnya sudah ada seperangkat alat pengolahan kopi, termasuk alat pengeringan. Namun demikian, alat tersebut masih disimpan oleh pemerintah desa sembari menunggu kesiapan tempat yang pengadaannya diserahkan pada masyarakat.

“Pada aset fisik, terdapat pula alat pengolahan kopi. Alat ini berasal dari pemerintah pusat untuk kelompok tani yang diberikan melewati desa. Pemerintah desa berharap kelompok tani bisa menyiapkan tempat untuk pemanfaatan peralatan ini. Karena alat ini tidak boleh dipisah-pisah,” jelasnya.

Harno mengapresiasi semangat dan antusiasme para peserta SITI yang sebagian besar adalah para pemuda tersebut. Ia berharap bahwa pemuda Desa Jatiarjo bisa bersinergi dengan pemerintah desa. Sebagai BPD, ia berkomitmen untuk menyambungkan harapan dan usulan masyarakat dengan perencanaan yang disusun oleh pemerintah desa.

“Saya mohon kepada teman-teman. Sampean buat proposal anggaran untuk kegiatan pemuda ini nanti saya yang akan mengawal untuk masuk di APBDesa,” harapnya.

Mengenai peluang pasar kopi, ia juga memberikan gambaran positif pada para peserta Sekolah Tani. Menurutnya, perusahaan wisata yang berdiri di desa ini bersedia menampung produk yang dihasilkan masyarakat Jatiarjo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun