Seorang raja pusing tujuh keliling. Tiga anaknya mempunyai perilaku tidak seperti yang diharapkan. Yang sulung doyan perempuan. Anak kedua suka minum arak. Anak bungsunya perokok berat.
Karena saking kesalnya, ketiga dipanggil.
"Kau anak sulung. Aku sediakan ruangan besar terkunci dari luar. Saya kasih kau perempuan berbagai rupa. Tak boleh kau keluar hingga sepuluh tahun ke depan. Sampai kau bosan dengan banyak perempuan."
"Kau anak kedua pun sama. Aku sediakan berbagai macam arak yang kau suka. Minum sesukamu. Tak boleh kau keluar hingga sepuluh tahun ke depan. Sampai kau bosan dengan banyak arak."
"Demikian pula kau anak bungsu. Aku kasih kau berbagai macam rokok sampai kau puas. Nikmati sampai kau menjadi pesakitan. Tak boleh kau keluar hingga sepuluh tahun ke depan. Sampai kau bosan dengan rokok yang ada."
Sepuluh tahun kemudian, tiga pintu ruangan tertutup itu pun dibuka.
Si sulung keluar dengan sempoyongan. Rambut awut-awutan tak terawat. Anak kedua pun keluar dari ruangan dengan perut yang menggelambir. Menandakan banyak minum arak. Sementara anak ketiga keluar dengan badan yang sehat. Segar bugar.
Raja pun heran. "Kenapa kau tampak berbeda dengan dua kakakmu yang lain? Sehat dan segar bugar?"
"Baginda, kau begitu baik hati memberi kepuasan pada aku dan kedua saudaraku. Bahkan melebihi apa yang kami pinta. Kakak sulung kau puaskan dengan banyak perempuan. Kakak kedua kau penuhi berbagai macam arak di ruangannya. Â Akupun kau sediakan berbagai macam rokok kesukaanku. Tapi..."
Tapi apa? Tanya sang Raja
"Di ruanganku tak kau sediakan korek api," terang anak bungsu.
Semenjak itulah, sang Raja sadar betapa pentingnya korek api. [ ]