Mohon tunggu...
Athiah Listyowati
Athiah Listyowati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Fulltime Blogger & Public Officer

Interesting on human behavior, Islamic economic finance and books.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai Ekstra untuk Macet

26 Januari 2011   09:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:10 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="alignleft" width="450" caption="Illustrasi : Google"][/caption]

Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia, segalanya selalu punya nilai lebih dari yang terlihat. Lihatlah sekeliling dengan mataistimewa, mata hati.

Biarkan dia menunjukkan kepada kita, jutaan keindahan yang lebih menakjubkan dari apa yang terlihat.

Jika ada survey yang meneliti tentang dampak kemacetan pada kehidupan para pemakai jalan, kira-kira bagaimana hasilnya? Saya belum pernah disurvei, pun belum ada keinginan untuk melakukannya. Tapi dengan memperhatikan betapa kemacetan selalu menjadi keluhan masyarakat Jakarta, saya yakin jawabannya adalah sangat berpengaruh. Negatif atau positif? Ternyata semuanya tergantung dari mana kita melihatnya.

Selama ini, kemacetan senantiasa dihindari karena identik dengan buang-buang waktu. Buang-buang waktu artinya buang-buang kesempatan. Buang kesempatan itu bisa berarti buang kesempatan mendapatkan tender, buang kesempatan memperoleh ilmu, atau pun buang kesempatan untuk bertemu kekasih."Sorry man, gue kena macet", alasan klise yang sering kita dengar bukan?

Macet juga dengan mudah memicu emosi, umpatan dan makian menjadi suara-suara yang hampir sama kerasnya dengan suara mesin. Tidak jarang adu otot punmenjadi pemandangan yang membumbui cerita di jalanan. Hemm, kesabaran kita diuji.

Macet adalah sebuah realita yang tidak bisa kita pungkiri.Sebuah ritme hidup yang selalu kita temui setiap hari. Meski kita bisa memilih jalan yang paling tidak macet, kadangkala kita tak bisa memilih juga. Di sini, bagaimana kita bersikap sekali lagi diuji.

Jalanan yang panas dan macet itu sebenarnya mengajarkan kita mengenai banyak hal. Macet membuat kita belajar menghargai waktu, mengatur strategi terbaik untuk bisa sampai di tempat tujuan dengan tepat waktu. Dengan begitu kita terlatih untuk menggunakan waktu sebaik mungkin sehingga segalanya telah siap sebelum jalanan menjadi ramai oleh angkot, taksi, mobil, dan tentu saja motor. Kita berlomba dengan waktu untuk bisa bernafas lega sebelum ujian dimulai, sebelum meeting dimulai, atau sebelum gaji dipotong karena terlambat. Belajar menghargai waktu dari kemacetan yang pasti kita temui setiap hari menempa kita menjadi pribadi yang waspada. Siapa yang menggampangkan masalah, lalai mempersiapkan diri, akan menemui sendiri betapa tidak menyenangkan resah gelisah terjebak macet. Batu besar yang pasti kita temui tidak seharusnya membuat kita terjungkal.

Entah kenapa, macet bagi saya yang pengendara motor ini, lebih mirip game daripada keadaan yang membosankan. Itu cara saya untuk tetap fokus dan menjalaninya dengan senyum. Sampai ke tempat tujuan dengan selamat, seefisien mungkin dan tanpa membahayakan orang lain ataupun melanggar peraturan adalah misi game macet. Jika anda sudah menaiki motor Anda, persiapkan segalanya dengan baik, jangan sampai game over di jalanan ramai di mana tidak selalu Anda temui malaikat baik yang dengan baik hati membantu. Mulai dari kelengkapan kendaraan sampai bensin. Pertahankan hidup Anda dengan selalu fokus dan do’a. Wuihhh, kalau menganggap jalanan macet sebagai sebuah game, mengendarai motor jadi sangat mengasyikkan untuk dilewati meski saya lelah sepulang membanting tulang. Tapi saya kurang tahu kalau menjadi pengendara mobil atau tukang angkot, apakah jalanan macet lebih mirip arena game atau neraka. Itu pikiran kita yang mengarahkan.

Macet juga menjadi ajang tes kepribadian loh. Jalanan yang ganas memaksa orang untuk mengeluarkan dirinya yang asli. So, kalau Anda tidak yakin dengan seseorang,apakah dia benar-benar baik, turunkan dia di jalanan yang macet. Anda akan melihat kepribadiannya yang asli. Yup, begitulah karakter manusia, dalam keadaan terdesak segala cara akan muncul untuk menyelamatkan diri. nah, yang perlu kita perhatikan apakah dia menyelamatkan dengan cara yang bijak dan bertanggung jawab atau dengan keegoisan dan sembarangan. Sure, you can use it as a test :D

Terakhir dan terpenting menurut saya, macet bisa membuat Anda dekat dengan Tuhan. Ya, kesemrawutan di jalan raya dengan ribuan karakter manusia yang berbeda-beda, serta skill mengendara yang berbeda-beda, kecelakaan adalah kemungkinan yang sangat besar terjadi. Saya selalu ingat mati ketika sudah mulai menyalakan mesin, semoga juga Anda. Usaha untuk selamat sampai tujuan tentu sudah kita lakukan, namun semuanya berakhir di tangan Sang Pemilik, Tuhan. Doa-doa pun dirapal dari masing-masing mulut, mengharapkan kebaikan Tuhan untuk menyelamatkan kita dari ganasnya jalanan Jakarta, memenangkan kita dari game jalanan tentu tanpa mengalahkan orang lain. Dan saya berharap, Tuhan pun semakin mencintai kita, karena kita mengingatNya sebagai Pemilik jiwa, memohon keselamatan minimal di setiap perjalanan kita. Jika jalanan tidak sesemrawut ini, mungkin tidaklah banyak kejadian yang membuat kita mengingat Tuhan.

Yah Jakarta dan macetnya adalah salah satu materi dalam mata kuliah kehidupan kita yang mengajarkan kita arti waktu, kesabaran dan harapan. Sungguh, kemacetan tidak akan membuat hati sesak jika kita tahu bagaimana mengubahnya menjadi pelajaran yang berharga. Selamat membeli nilai ekstra untuk macet. Selamat melihat kehidupan dengan mata hati, sehingga kita bisa melihat nilai lebih dari apa yang terlihat oleh mata biasa.

Oya, sempatkan memandang bulan saat macet Anda temui di malam hari, sinarnya akan membuat Anda tersenyum, :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun