Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Penderitaan Rakyat

27 Mei 2017   12:24 Diperbarui: 27 Mei 2017   12:48 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Refleksi di bulan suci. Sebenarnya saya ingin berbincang ringan tentang hal yang segar sambil menanti bedug berbunyi untuk berbuka puasa. Thema “penderitaan” kiranya tetap actual dan pas untuk dirasakan dihayati dibayangkan oleh insan yang sengaja “menderita kelaparan”.

Karena penulis seorang bukan muslim dan berpendirian bahwa apabila sesuatu itu mengkait dengan iman dan agama, maka refleksi itu hanya tepat dilakukan oleh seseorang sesuai dengan iman dan agamanya. Karena itu saya mengutip frase yang dari gaya bahasanya akan ketahuan teks ini dari siapa.

“Dalam melanjutkan Revolusi kita sekarang ini, tidak boleh tidak kita harus menoleh kebelakang, melihat kepada penderitaan-penderitaan kita disegala bidang dan korbanan-korbanan yang telah kita berikan sejak kita kehilangan kemerdekaan dan dijajah oleh imperialisme-kolonialisme.”

“Makna nampaklah dengan jelas, bahwa dibelakang segala apa yang diucapkan, yang dideritakan, yang dikorbankan oleh Rakyatdan pejuang-pejuang kita, bersinarlah dengan cahaya yang terang benderang segenap cita-cita bangsa kita, yang pokoknya adalah satu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, satu masyarakat yang didalamnya segenap Rakyat Indonesia hidup bahagia.”

“Didalam Proklamasi Kemerdekaan kita pada tanggal 17 Agustus 1945 termasuk segala penderitaan-penderitaan dan korbanan-korbanan yang telah kita berikan untuk tujuan-tujuan kita. Karena itu, kita harus setia kepada Proklamasi 17 Agustus 1945, setia kepada Amanat Penderitaan Rakyat.”

https://tragedisosialsejarah.blogspot.co.id/2014/03/arti-dan-makna-amanat-penderitaan-rakyat.html#

Pembahasan reflektif akan mengupas thema penderitaan itu dengan methoda fenomenologis dan atau psiko analisa saja. Sekarang ini di medsos seorang coach Dwiarko Susanto mempopulerkan istilah Self-talk, yang mengajak berrefleksi untuk menemukan jati diri dan membangun motivasi kedepannya denga focus focus tertentu..

Kita kembali sebentar pada kutipan itu. Kalau kita amati menarik sekali ada dua kata berpasangan yaitu : penderitaan dan korbanan. Dilain tempat ada pasangan keterkaitan seperti ini :  Korban kecelakaan lalu lintas , sekian meninggal, sekian menderitaluka berat dan ringan. Kurbanterror bom Kampung Melayu meninggal bertembah 16 orang, yang menderita luka berat…..

Derita pada hakekatnya adalah kondisi tidak baik/negatip. Dalam sudut pandang lain membentuk kata kerja (instransitip): Menderita itu mengalami dirinya, menanggung (beban)oleh sebab kondisi tidak baik, biasanya dijelaskan sebabnya menderita : luka, penyakit, penganiayaan, penghinaan, kerugian uang/ material/immaterial, dsb.

Dan “Korban” adalah “persembahan”. Mengorbankan berarti membuat seseorang atau sesuatu menjadi “persembahan”. Aslinya istilah ini dari relasi antara manusia dengan Tuhan, atau abdi dengan tuan, yang dibawah menghaturkan sesuatu untuk dimakan, disantap, untuk diserahkan total kepada tuannya. Bahkan perilaku lahir persembahan kepada Tuhan di masa primitip diserahkan dengan cara dibakar. Arti biasa selanjutnya korban berarti “sengaja susah payah (menderita kerugian) untuk kebaikan”

Pangertian Derita ada terkandung makna disana adanya kerugian beban dan hal negatip saja, sementara dalam kata Korban ada makna harapan berikutnya cepat atau lambat ada silih, ada reward, ada pahala ada kebaikan. Keduanya ada kondisi tidak nyaman, tidak positip, tetapi “derita menderita” biasanya tidak disengaja tidak dikehendaki, beda dengan “Korban, mengorbankan (diri atau lain)” biasanya dengan sengaja untuk “yang akan datang berikutnya”. Sengaja dan tidak sengaja bagi manusia berakal budi itu akan mengacu pada motivasi dan intention (maksud,ujub) dari perilaku pilihannya itu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun