Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jembatan dan Nilai Universal

8 Juni 2017   00:21 Diperbarui: 5 Juli 2017   19:57 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membuka lembar sejarah bisa temukan jalan dan jembatan menggalang persatuan dan kesatuan mengatasi keprihatinan dewasa ini. Selain lembaga dan program kerjanya kalau ada yang mengedepankan nilai-nilai Universal, Nilai itu sendiri adalah jembatan. Mari kita coba telusuri dari akarnya konteks dan gerak keberagaman kita ini.

Keprihatinan dan Ahok Efek.

Sebenarnya memang tidak penting amat bicara soal Ahok. Sekian ratus bahkan ratus ribuan omongan dan tulisan tentang Ahok Tjahaya Purnama orang yang saat ini sebagai mantan Gubernur DKI. Tetapi analisa peristiwa penting untuk mengerti hal hal yang hakiki didalam realita permukaan. Kehebatan Ahok bisa diukur dari prestasi ketika menjabat Gubernur. Dan kehebatannya itu bisa diukur oleh reaksi serta perlawanan kepadanya oleh sekian hebat orang orangnya yang melawan. Artinya makin anda suka mencela Ahok dan merasa hebat dan melihat kehebatan anda yaaa itulah kehebatan Ahok.

Ukuran lain adalah gema atau dampak berat dari perang urat syaraf antara orang yang pro Ahok versus orang yang kontra Ahok. Dan perang urat syaraf khususnya di medsos itu berkepanjangan seperti ekor bintang berekor di langit malam hari lewat diatas kita.

Bentuk yang menggejala dan warna yang semakin tajam perang urat syaraf itu semakin nyata bersifat sArA. Perbedaan pandangan dan kepentingan politik menjilma menjadi harga sebuah keyakinan hidup yang dipercaya dan itu mendapat penghinaan. Maka yang namanya perjuangan politik yang sah dan legal berubah menjadi perbuatan yang disadari sebagai perbuatan keimanan. Ketika kesadaran itu dilaksanakan niscaya disahkan adanya. Dan motivasi keagamaan menjadi warna sara yang bahkan menjadi semakin sah dan sempurna. Sampai tanggal 3 Juni ini saya masih melihat di Facebook warga-warga penulis status dari golongan intelektual yang bernada unjuk dada tak mau dinista untuk pihaknya. Padahal saya berharap orang sebijak mereka ini mertinya bisa melangkah didepan move on bukan duduk manis dalam "kotak-catur"nya. 

Pada tahapan memasuki proses hukum dan peristiwanya menjadi seperti ganti berganti ada yang kena tembakan "KPK", "SEJENIS  KANON YANG SAKTI"   Fakta penangkapan tokoh-tokoh pengurus Negara menyusul peristiwa Ahok menjadi sajian yang menghasyikkan dan terkesan seperti tembak menembak orang yang sedang perang atau berlawanan dalam perang dingin..

Ciri khusus Versus Nilai Universal.

Menghentikan permusuhan itu tiada jalan lain selain membuka dialog, bukan dialog makian di medsos tetapi komunikasi verbal seperti genjatan senjata dan mencari solusi dengan jalur diplomasi.

Harus ada keberanian untuk Move On dan mengubah apa yang bisa diubah.   Perlu ketenangan hati menerima apa yang tidak bisa diubah dan dibiarkan tetap dengan pemahama tersendiri. Dan harus bijaksana untuk bisa mengerti perbedaan. Inilah hakekat dinamika keberagaman masyarakat kita di NKRI dalam konteksnya.

Tersinggung, kecewa, menjadi curiga, kehilangan kepercayaan, menjadi marah dan permusuhan antar kategorial S A R A, adalah hal psikologis yang biasanya justru karena kurang akrabnya komunikasi kurang adanya dialog. Pembicaraan menyentuh SARA ditabukan justru memperlebar jarak komunikasi, memupuk kecurigaan menumbuhkan intoleransi. Sebaliknya dialog harus dimodali oleh hilangnya kecurigaan, berani menanggung (toleran = menanggung beban) sementara kwasi harga diri. Sebab compassion (senada dengan sympati/empati) dan Sama rasa bukan tanda kelemahan tetapi pertanda suatu kekuatan, kata Dalai Lama. Salah satu pengorbanan yang trategis adalah tidak mengatakan dan menunjukkan verbal cirri khas diri dalam hal SARA. Bahasa dan ungkapan dikemukakan terlebih dahulu adalah yang ber nilai universal atau umum dipahami dan diterima.

Harapan Baru : Jembatan Layang Tol

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun