Mohon tunggu...
Ashry Mubayyin
Ashry Mubayyin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jakarta Kota Benderang di Indonesia

19 Januari 2017   13:22 Diperbarui: 19 Januari 2017   13:34 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Nadya Maris N. S.)

Judul yang kuangkat terkesan seperti sebuah novel yang membosankan dengan kerumitan alur yang membuat pembaca malas untuk menelusuri kata perkata. Anggap saja tulisanku ini menarik dan membuat pembaca yang galau jadi tenang dan yang sedih jadi senang.

Jakarta, pertama kali kudengar nama kota itu, pikiranku langsung menerobos jauh membayangkan ribuan lampu yang benderang kala malam dan jutaan manusia dengan segala kesibukannya kala siang. Bagi gadis awam sepertiku yang berasal dari desa terpencil, bahkan tidak terdaftar di google map, Jakarta ibarat hadiah di hari ulang tahunku. Suatu waktu aku bertanya pada orangtuaku, “Mi, kuliah di Jakarta asyik gak sih?”. Ibuku memaparkan dengan gamblang dan penuh semangat. Simpulan dari wacana yang beliau sampaikan padaku yaitu bahwa Jakarta sangat mempesona dan membuatnya nyaman berlama-lama tinggal di sana.

Kesan baik yang kudapat tentang Jakarta melekat erat hingga munculah pikiran-pikiran baru tentang kota metroplitan itu. “Jakarta apaan, macet parah”, “Kuliah di Jakarta? Jauh amat, nanti susah pulang lho!”. “Nyari kerja di Jakarta susah-susah gampang, Neng.” Begitulah bisikan-bisiskan tetangga saat mendengar aku akan melanjutkan studi di ibukota Indonesia. Jakarta yang ibuku gambarkan berbeda dengan Jakarta yang tetanggaku bicarakan. Lantas bagaimana aku akan membuat bayangan tentang Jakarta? Jawaban itu aku dapatkan setelah aku menetap hampir 4 tahun di kota Jakarta.

Jakarta tentu mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut ada yang sifatnya positif dan ada juga yang negatif. Perubahan postif yang terjadi pada Jakarta yang dulu menjadi sekarang adalah dengan bertambahnya infrastruktur yang menunjang kebutuhan warga, mudahnya akses transportasi di Jakarta atau menuju Jakarta, peningkatan-peningkat pada bidang industri dan akademik. Namun, beberapa hal yang menjadi perubahan ke arah negatif yaitu kemacetan yang tak berujung, pengemis yang merajalela, dan akhlak warganya yang terkadang kurang terpuji.

Itu semua wajar terjadi. Semua yang ada di dunia ini akan berubah dan berganti. Jakarta yang dulu hanya bisa kubayangkan kini menemukan wujud aslinya. Aku bangga menuntut ilmu di Jakarta. Di samping kesibukanku di bangku kuliah, Jakarta mengajakku menjelajahi keindahan yang ada padanya. Mulai dari Museum Bank Indonesia, Kota Tua, Monas, Masjid Istiqlal, TMII, Hutan Mangrove, Ragunan, dan masih banyak lagi. Tempat-tempat itu mejadi simbol keistimewaan kota Jakarta. Pusatnya peradaban Indonesia.

Kedepannya, harapan saya, gadis desa yang belajar di Jakarta, semoga kemacetan, angka kemiskinan, dan kurangnya moral dapat diperbaiki/ digantikan dengan hal-hal baik. Semoga Jakarta menjadi kota pelita bagi Indonesia. Bangun Jakarta dengan ‘cinta’ dan ‘kerja nyata’.

#BangunJakarta

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun