Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengusik Patung Kelenteng Tuban bisa "Mengondisikan" Pesta demokrasi

20 Agustus 2017   10:49 Diperbarui: 21 Agustus 2017   20:15 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Spirit Indonesia Raya yang bhinneka tunggal ika. Yang digelar Presiden Jokowi dalam peringatan HUT RI ke 72.  Menyadarkan Bangsa Indonesia atas kebesaran dirinya yang secara alami menyatukan dengan harmonis dan sempurna segala keragaman yang serba berbeda sebagai suatu bangsa.

Suatu penggelaran kesadaran diri bersama dan mendasar yang sudah pasti disaksikan pula oleh alam semesta beserta seluruh isinya. Dan pasti mutlak disaksikan pula oleh Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Menyaksikan dan Ikut Merasakan kebanggaan dan bersyukur Bangsa Indonesia atas rasa kebangsaannya yang alami.

Suatu usilan kecil terasa agak menghebohkan. Masalah patung "raksasa" di halaman kelenteng Tuban dihebohkan oleh demo ormas yang tak jelas markas dan tidak jelas siapa-siapa pemimpinnya.

Usilan itu jelas sudah terkesan seperti diramaikan oleh golongan tertentu yang mau tidak mau pasti dianggap tidak menerima kebhinnekaan yang terkandung dalam Pancasila. Dan sedang dipentaskan oleh Presiden Jokowi dalam peringatan HUT RI ke 72.   

Atau dengan kata lain pagelaran yang dipentaskan oleh Presiden Jokowi dalam peringatan HUT RI ke 72,  diusili dan dihebohkan oleh kelompok-kelompok yang menamakan diri sebagai ormas yang pasti anti Pancasila. Yang harus tidak boleh ada di N.K.R.I. yang indah permai ini.

Banyak alasan picik sempit yang sempat terdengar dilontarkan untuk menentang keberadaan patung di kelenteng tersebut. Dari mengaitkan dengan soal legalitas, ukuran, izin sampai sosok yang digambarkan patung tersebut. Pada hari ini.

Tanpa mau mengerti bahwa keberadaan patung tersebut sangat mungkin bisa menjadi sebagai salah satu bagian kecil keindahan kota Tuban di abad-abad yang akan datang.

Sebagai sebuah kota di pantai Utara Jawa Timur yang akan kembali mendunia seperti pada zaman Sriwijaya, Majaphit dan zaman-zaman agama Islam mulai diterima di kawasan nusantara yang masyarakatnya sudah berpandangan hidup dan berbudaya yang dirumuskan sebagai Pancasila oleh Bung Karno.

Di abad-abad mendatang. Sudah barang tentu keberadaan patung tersebut sangat mungkin membawa pula sedikit cerita atau dongeng "pendek" tentang adanya ormas-ormas yang anti Pancasila yang pernah menolak keberadaannya.

Pemda Tuban bisa dimaklumi terkesan bingung menyikapi sikap ormas-ormas yang menentang keberadaan patung tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun