Bagaimana politik bisa mempengaruhi seseorang dan bagaimana politik itu bisa tidak bisa memiliki musuh yang abadi, yang abadi itu politik itu sendiri?
Ada salah persepsi dengan definisi politik dibenak sebagian orang. Definisi politik, politik itu bagaimana membuat hidup dan kehidupan lebih baik. Begitu secara sederhananya. Jika rumitnya, sebut saja Rod Hague, politik adalah kegiatan yg menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya.
Atau menurut Plato dan Aristoteles, politik adalah suatu usaha mencapai masyarakat politik yang terbaik. Bahkan pakar politik kita, Miriam Budiarjo, politik itu usaha menggapai kehidupan yang baik.
Garis besarnya, politik itu cara yang dilanjutkan upaya serta kegiatan secara mandiri ataupun kolektif, dilakukan oleh orang per orang ataupun kelompok, mempunyai legitimasi ataupun tidak, untuk mencapai suatu keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupannya ataupun kehidupan orang lain bahkan orang banyak menggapai kehidupan yang baik.
Mari kita pahami betul-betul definisi politik diatas secara seksama.
- Semua menuju kebaikan.
- Bisa dilakukan orang per orang. Berkelompok apa lagi.
- Mempunyai kekuasaan ataupun tidak
Jika diuraikan, politik itu milik semua orang. Bagaimana tidak? Toh setiap manusia dimuka bumi ini ingin menuju kebaikan, kebaikan hidup, kebaikan mendapat istri/suami sebagai pendamping hidupnya, kebaikan diakhirat nanti, kebaikan-kebaikan lainnya.
Politik dilakukan semua orang, ya karena tujuan mereka pastinya kebaikan dalam perspektif masing-masing.
Apakah berbuat politik itu harus mempunyai kekuasaan terlebih dahulu? Dalam persepsi saya dan uraian definisi diatas jawabannya tidak!
Kesimpulannya,
Saya keheranan dengan orang yang mengatakan kepada saya agar jangan bicara politik. Salahnya dimana? Kenapa?Â
Padahal politik itu bertujuan untuk kebaikan, saya lakukan sendiri semisal ketika saya meminta bagian logistik untuk memfilter dan mimilah kebutuhan yang mendesak dan bisa ditunda. Bukankah itu untuk efesiensi perusahaan? Agar perusahaan bisa mengatur keuangannya sehingga efektifitas dapat tercapai?
