Mohon tunggu...
Ary Surya
Ary Surya Mohon Tunggu... Administrasi - Perjalanan 1000 Mil Diawali dengan Satu Langkah Kecil

Pernah kuliah di manajemen keuangan, lulus ilmu pemerintahan. Sekarang bikin dan jualan rumah sederhana sampai mewah serta nyambi jualan mainan & hobi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hantu Jempol

27 September 2015   22:13 Diperbarui: 27 September 2015   22:44 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sekitar tahun 1990 an, saat itu saya masih sekolah tingkat menengah pertama tahun kedua. Kala itu, suasana sekitar lingkungan rumah tak seterang benderang saat ini. Jalan kabupaten (jalan yang perawatannya ditanggung oleh APBD Kabupaten) didepan rumah masih sistem pengerasan batu lalu disiram aspal panas selanjutnya ditaburi pasir cor. Angkutan umum kota lewat sekitar 20 menit sekali. 

Masih kuat dibenak tentang cerita hantu jempol yang diceritakan seorang tua yang dihormati saat itu. Namanya Mang Iyay, seorang tukang kayu buruh lepas harian. Beliau bercerita tentang hantu jempol ini ketika jam istirahat saat membuat kusen untuk mesjid pesanan buyut saya.

Mang Iyay dengan mimik serius dan bersahaja bercerita, beliau asli lahir dikampung tempat saya tinggal. Dulunya sebelum menjadi wilayah perkotaan, kampung ini dipenuhi danau. Rumah penduduk pun masih berjauhan. Tak jauh dari tempat kami berdiri ada sebuah langgar (mushola kecil), tentunya langgar tersebut sudah tidak ada lagi tergantikan menjadi rumah penduduk dan masjid Jamie berdiri tak jauh dari langgar.

Mang Iyay menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri si hantu jempol. Hantu jempol yang selalu berkeliaran ditepian langgar menampakkan diri dengan jempol kanan yang mengambang kesana kemari. Tidak menakutkan, tapi bagi yang baru melihat. pastinya mengagetkan. 

"Pak RT saat itu dijabat oleh Mang Sodikin pernah memanggil seorang pemuka agama untuk mengusir si hantu jempol, namun kandas, si jempol tak mau beranjak." Mang Iyay bertutur.

Saya pun dengan penuh antusias menyimak cerita beliau.

Tak berkata apapun bahkan semakin menjadi-jadi menampakkan diri semakin sering dan berseliwerang hilir mudik melewati rumah penduduk dan bahkan saking isengnya, si jempol sering melintas cepat didepan mata seseorang yang lewat langgar tanpa permisi. 

Mang Iyay sendiri dijaili si jempol ini ketika ia sedang mengambil air wudhu. "Kok jempol saya ada tiga." guman Mang Iyay sembari meneruskan wudhu.

Kabar hantu jempol semakin meluas dari bibir ke bibir. Tentang bagaimana jail dan sukarnya sang hantu diusir atau "dipindahkan" agar tidak mengganggu ketenangan warga keseantero desa. Karena tiap kali diusir atau "dipindahkan" si jempol selalu balik ke langgar.

"Kamu tahu Mang Yaya?" tanya Mang Iyay kepada saya. 

"Ya, tahu!" jawab saya dengan sigap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun