Mohon tunggu...
Arya Parama W
Arya Parama W Mohon Tunggu... -

Kuliah di Politik Pemerintahan Undip | Keberagaman itu sebuah keniscayaan,bukan untuk dilawan,apalagi dipertentangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kalian Juga Bagian dari Indonesia

12 Juni 2017   19:38 Diperbarui: 12 Juni 2017   19:40 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ceritanya,aku masuk semester 4 ini mendapatkan tugas dari dosen tentang metode penelitian,aku harus meneliti fenomena politik yang sesuai dengan studi kuliahku di Politik Pemerintahan Undip. Setelah aku mencari referensi dan menggali minatku,akhirnya aku menulis tentang perilaku pemilih etnis tionghoa pada pilpres 2014.

Mengapa etnis tionghoa ? sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas aku bersekolah di sekolah swasta yang hampir 98% muridnya adalah dari kalangan tionghoa. bisa dibilang aku minoritas sekali dari segi suku dan warna kulit hahahah paling gelap maksudnya. aku bergaul dengan teman temanku hampir 12 tahun lamanya. dari 12 tahun pergaulan dan pertemanan,aku mempunyai sedikit identifikasi mengenai sikap,perilaku dan kebiasaan orang orang Tionghoa ini.

Pertama, mereka pembisnis yg kuat dan tangguh, serta  sangat kontrol sekali dengan yang namanya uang. pengeluaran benar benar rinci,fokus dan harus tepat sasaran. istilahnya,jangan sampai uang terbuang hanya untuk hal hal yang tidak bermanfaat. makanya mereka cenderung mapan,karena dapat mengelola keuangan dengan baik.  

Kedua, mereka mudah beradaptasi dengan budaya lokal tempat mereka tinggal. sepanjang 12 tahunku bergaul dengan teman teman Tionghoa,mereka sangat fasih bahkan cenderung 'medok' dalam berbahasa jawa. aku pun kalah medok. mereka tidak malu dengan 'kemedokan'nya.

Dua hal itu yang menjadi ciri khas teman temanku. namun,ditengah kemapanan dan down to earthnya mereka dengan budaya lokal,teman temanku ini masih tetap mempunyai stereotype yang tidak baik dari kalangan yg membanggakan dirinya dengan sebutan 'pribumi'. stereotype ini sulit sekali hilang karena memang sejak zaman Hindia Belanda hingga orde baru,sudah diterapkan hukum dan stratifikasi sosial yang berhasil membuat renggangnya hubungan antara tionghoa dan 'pribumi'. semacam ada garis pembatas antar dua kelompok ini.

teman temanku dicap ekslusif dalam pergaulan dan cenderung sombong. bener nggak ya ? menurutku tidak. sejak teman temanku atau lebih tepatnya kakek nenek mereka dijauhkan dari kehidupan sosial,budaya dan politik sejak zaman Orde Lama hingga 1998 (bayangin berapa tahun tuh) dan mereka seolah 'dibuang' ke dunia bisnis,praktis hidup teman - temanku sulit untuk berinteraksi sosial dengan kelompok  masyarakat lain. sulit untuk mengekspresikan pendapat dan pandangan politik.  

jadi ketua RT sulit,jadi pejabat sulit,masuk sekolah negeri sulit,dapet KTP yg sama dengan 'pribumi' juga lebih sulit. FYI,KTP mereka beda dengan 'pribumi',ada semacam cap seperti tahanan politik. cap itu menjadi bukti diskriminasi yg mereka alami tidak hanya dalam bentuk diskriminasi sosial,namun secara hukum negara.  

masuk ke dunia politik ? wah apalagi,sampai sekarang pun mereka masih takut karena taruhannya masuk penjara seperti Pak Basuki kemarin.

terus nih yg lebih penting,ada yg gembor gembor "KEKAYAAN INDONESIA 90% DIKUASAI ETNIS CHINA PADAHAL MAYORITAS KITA PRIBUMI DAN ISLAM' ya harusnya kita kita ini sudah sadar diri belum ? kita pekerja keras tidak ? kita ulet dalam bekerja tidak ? kalo hobinya masih tidur-makan-demo ya jangan harap kita ini seperti teman temanku tadi yang lebih kaya dan sukses.

strereotype yang muncul seperti diatas seolah membuat teman - temanku ini bukan bagian dari Indonesia. mereka seolah tamu yang hanya bisa numpang dan dapat diusir kapan saja. kalau ada instabilitas negara,teman temanku menjadi sasaran empuk yang mudah disalahkan,apalagi kalau ingin memenangkan konstelasi pemilu/pilkada, teman temanku menjadi bahan pencatutan untuk kampanye hitam. rasis sekali. padahal,kakek nenek teman temanku juga berkontribusi juga untuk memerdekakan Indonesia dan membangun ekonomi negara hingga seperti sekarang.

Teman temanku,tetaplah bangga menjadi bagian dari Indonesia ya,tetap cinta dan rawat Indonesia ya apapun kondisi dan dinamika yang terjadi. tetap membangun Indonesia lewat keahlian kalian,apapun itu.  setiap anak bangsa memiliki arti yang sama bagi bangsa dan negara. di dalam kebangsaan sesungguhnya tak perlu ada yang namanya majority-minority. kita semua sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun