Mohon tunggu...
Zahir Makkaraka
Zahir Makkaraka Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dalam segala hal

Lagi mencari guru dan tempat berguru!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salam Malam Padamu yang Tak Sempurna

14 September 2017   21:41 Diperbarui: 14 September 2017   21:47 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam beranjak. Acara Tv yang kunonton pun semakin monoton. Sarkasme dijadikan hiburan. Anehnya, aku larut menikmatinya. Sudah hampir sejam kupandangi kotak elektronik itu sambil sesekali kubaca pesan yang masuk di akun medsos-ku. Ada kelucuan diantara keduanya. Di layar Tv, saling mengumbar naif kemudian tawa membuncah. Di layar sentuh hp-ku, pesan di grup sepasang manusia yang baru beranjak dewasa saling menyebut bapak-ibu. Atau seorang mahasiswa yang baru saja menyatakan cinta kepada lawan jenisnya, diterima dan tak sampai hitungan hari lelakinya menunjukkan kontradiksi. Kata yang diucapkan sebelumnya ditarik kembali. Pengecut atau sebuah taktik tak bisa kubedakan, biarlah dia sendiri menentukan kadarnya.

Setelah beranjak dari berkumpul dengan mahasiswa sehabis maghrib dan kemudian temui sua beberapa jam berikutnya dengan kawan sejawat, menemukan dunia yang berbeda. Kala dengan mahasiswa, aku komentator utama. Sedang kini, aku memilih diam. Mengetik hasil kembara nalar dan menyimak lelucon di Tv yang sumber signalnya dari perangkat jaringan nirkabel milik provider plat merah. Berjelajah pikirku tentang apa yang akan kutulis, untuk memuaskan hasratku. Entah, kenapa pekan ini libido menulisku meninggi. Mungkin sebab rindu membiru, lebamnya demamkan jiwa.

Awal malam telah termakan masa. Acara Tv semakin menggila. Tawa teman sejawat buyarkan gempita imaji. Kusudahi saja, apalagi aksara dan kosakataku semakin miskin. Sepapa jiwa mahasiswa yang tega menaruh janji dimana-mana. Oleh temannya disebutlah ia 'Lelaki Kosong'. Daripada kucerita tentangnya dan kemudian tak sempurna kisahku, label fitnah bergumul. Nantilah gumelaran, aku tuturkan semuanya. Tapi sebelum aksaraku habis, kukatakan padamu bahwa rindu ini masih membuncah. Lampiasan sebenarnya tak cukup dengan aksara tapi hal itu mampuku kini. Salam malam padamu yang tak sempurna!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun