Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kejam, Ranieri Dipecat Leicester City!

24 Februari 2017   09:54 Diperbarui: 24 Februari 2017   13:03 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ranieri, akhir pahit di Leicester. Sbr Gbr : arbagus

"Sejak bergabung dengan Leicester, saya merasa seperti bayi. Saya merasa muda lagi. Di akhir karier saya bersama Leicester, para penggemar akan bahagia” kata Claudio Ranieri, saat timnya mampu berada di puncak klasemen Liga Premier Inggris di akhir tahun 2015. Kala itu Leicester Ranieri hanya kalah dalam satu pertandingan dan kokoh di puncak klasemen Liga Inggris.

Memasuki tahun baru, Ranieri masih terus merajut mimpi. "Kami harus melanjutkan kerja keras karena saya tak mau terbangun dari mimpi. Saya ingin terus bermimpi dengan suporter kami," ucap Ranieri saat timnya secara luar biasa membuat malu klub-klub elit dan kaya seperti duo Manchester, Chelsea dan Arsenal dan klasemen dengan menjadi juara. Musim masih menyisakan dua pertandingan tetapi Leicester sudah unggul terlalu jauh dari kejaran Tottenham Hotspur, tim yang dianggap masih sanggup menggagalkan Leicester menjadi kampiun.

Pujian setinggi langit diberikan kepada pria Italia ini. Media- media Italia menyebutnya “King” Claudio, bahkan Fans Leicester meminta agar nama Ranieri menjadi salah satu nama jalan di Leicester. Sebuah penghormatan yang besar. “Leicester pernah memberikan penghargaan kepada para pahlawan di bidang olahraga masa sebelumnya. Ada nama jalan yang menggunakan nama pegolf dan terdapat nama jalan Gary Lineker," ujar pejabat Pemerintah Kota Leicester yang mendukung nama Ranieri Road pantas untuk direalisasikan.

Namun itulah kisah masa lalu Ranieri. Keinginan untuk terus berbahagia dengan pendukung di akhir karirnya bersama dengan  Leicester tidak terwujud. Ranieri sekarang benar-benar telah terbangun dari mimpi. Beban berat sebagai juara Liga Inggris musim lalu dan hengkangnya ebberapa pemain andalah membuat pasukan Ranieri terseok-seok di musim ini.

Memasuki minggu ke-25, klub berjuluk “si rubah” itu berkubang di posisi 17 dengan torehan hanya 1 poin di atas zona degradasi. Leicester bahkan dinasbihkan sebagai juara bertahan terburuk sepanjang sejarah liga premier, lebih buruk dari Ipswich Town pada tahun 1962-1963. Menjalani cobaan ini, Ranieri berusaha tegar.  "Saya sangat kuat, sangat percaya dengan para pemain saya. Saya yakin dengan segalanya. Hanya butuh waktu yang tepat untuk bisa bangkit," ujar Ranieri tetap yakin.

Namun sayang ketegaran pria Italia berusia 65 tahun itu tidak sebanding dengan kesabaran petinggi klub. Tepat sesudah 298 hari membawa klub itu menjuarai Liga Premier, Ranieri dipecat.

"Kami akan selamanya berterima kasih kepada Ranieri atas apa yang telah dilakukannya bersama Leicester City. Kami tidak akan pernah mengharapkan prestasi luar biasanya musim lalu, harus ternoda dengan serangkan hasil negatif musim ini," ujar Vice president Leicester, Aiyawat Srivaddhanaprabha membuktikan bukti ketidaksabaran mereka akan prestasi Leicester di bawah Ranieri.

Publik sepakbola lantas terperanjat. Ranieri seperti diperlakukan dengan kejam. Prestasi Ranieri yang membuat Leicester sanggup melakukan sesuatu yang terkesan mustahil seperti tidak dianggap sama sekali. "Setelah apa yang dilakukan Claudio Ranieri untuk Liecester City, keputusan memecatnya susah dijelaskan, tak termaafkan, dan sangat membuat sedih. “ begitu bunyi tweet pemain legendaris Inggris, Gary Lineker yang turut merasa kecewa. Gary Lineker pernah menjadi bagian dari Leicester dan sanggup membawa Leicester juara divisi Championsip (Liga 2) di tahun 1980.

Gelar perdana dan paling bergengsi itu bagaikan air susu yang dibalas dengan air tuba. Mantan bek MU dan Everton,Phil Neville turut berkomentar melalui tweetnya. “Itulah cara Sepak bola modern bekerja, sedih”. Ranieri korban dari sepak bola modern yang jelas menyenangkan, membuat seseorang seperti ada di alam mimpi ketika berprestasi dan sebaliknya, akan diperlakukan tidak “manusiawi” ketika dianggap gagal.

Walaupun dianggap kejam, Ranieri tetap seorang Ranieri. Tetap tegar dan sabar. Ketika membawa Leicester juara, Ranieri mengeluarkan sebuah pernyataan yang rendah hati, padahal dia diragukan setelah sebelumnya dipecat tim nasional Yunani. "Saya 64 tahun, sudah bertarung sangat lama, tapi saya selalu positif. Saya selalu berpikir akan bisa menjadi juara pada akhirnya. Saya tetap orang yang sama yang dipecat Yunani, saya tak pernah berubah," kata pelatih asal Italia ini. Salut opa Ranieri!

Tweet Ranieri setelah dipecat. Sbr Gbr : Trib
Tweet Ranieri setelah dipecat. Sbr Gbr : Trib
Respon Ranieri singkat saja melalui twitter, “Thank you supporter Leicester, Thank you All”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun