Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

(Jelang Lawan FC Porto) Menakar Peluang Juventus Menjuarai Liga Champions 2017

22 Februari 2017   17:06 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:28 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juventus dan mimpi meraih juara Liga Champions .Sumber Gbr : Jawa Pos

“Mereka akan jadi juara, sudah ada tanda-tanda mereka akan ke sana”kata pelatih kawakan Italia, Marcello Lippi ketika diwawancarai oleh media Italia Gazzeto Dello Sport sehari sebelum Juventus akan bertanding melawan tuan rumah, FC Porto di Portugal nanti malam atau dinihari waktu Indonesia.

Jangan pandang sebelah mata intuisi seorang Marcello Lippi. Lippi sendirilah yang menahkodai pasukan hitam putih untuk mendapatkan satu gelar liga champions tahun 1995/1996 setelah mengalahkan Ajax Amsterdam. Itulah gelar kedua Juventus di kompetisi paling elit untuk klub-klub eropa, setelah tahun 1984.

22 Mei 1996. Di depan mata 67 ribu penonton, Juventus berhasil membuat publik Italia bergembira. Pesta terjadi di stadion kebanggaan Italia, Olimpico, Roma. Menguasai pertandingan, Juventus harus mengakui bahwa semangat pemain-pemain muda Ajax yang tak pantang menyerah membuat mereka harus masuk ke dalam babak tos-tosan, atau adu penalti.

Gol dari sudut sempit oleh penyerang berambut uban, Fabrizio Ravanelli berhasil di balas oleh playmaker hebat Ajax asal Finlandia, Jari Litmanen. Di babak adu penalti, kiper “gemuk” Juventus Angelo Peruzzi berhasil menggagalkan tendangan penalti dari Silooy dan si banteng, Edgard Davids. Sebaliknya, Kiper jangkung Ajax, Edwin Van De Sar terlihat kesulitan menahan empat tendangan menyusur tanah yang semuanya mengarah ke sisi kiri gawang. Juventus Juara !

Juventus ketika juara 1996. Sumber Gambar : aditya
Juventus ketika juara 1996. Sumber Gambar : aditya
Nostalgia 21 tahun silam ingin diulangi oleh Juventus di bawah nahkoda yang berbeda, Massimiliano Allegri. Setelah seperti tak tersentuh di Seri A di bawah asuhan Antonio Conte, Allegri berhasil membuat transisi antara dirinya dan Conte berjalan mulus. Juventus tetap tangguh di Italia dan semakin menakutkan di Eropa. Ada beberapa catatan yang menjadi alasan semakin kuatnya Juventus.

Pertama, strategi dan formasi yang lebih variatif. Jika mau jujur, Juventus era Conte terlihat monoton. Conte yang terpaku dengan formasi 3-5-2 benar-benar mengagungkan pertahanan sebagai solusi untuk menang. Ketika tim di Italia tak mempunyai amunisi yang tangguh untuk melewati tiga bek tengah tangguh (Chiellini,Bonnuci, Barzagli), maka jangan harap bisa menjadi scudetto di Italia. Namun kontras prestasi Juventus di Italia dengan di Eropa, terlalu kaku dengan 3-5-2, Juventus selalu kesulitan jika bertemu tim dengan level ofensif yang tinggi. Ditambah lagi  di lini penyerang, Juventus tidak mempunyai kartu as numero 10, setelah era Del Piero berakhir.

Juventus Era Allegri jauh lebih berbeda dan lebih variatif. Allegri yang piawai dengan formasi menyerang ketika di AC Milan membuat Juventus lebih susah ditebak. Buktinya, 3-5-2 terus dipermak Allegri menjadi 4-4-2, 4-3-3, ataupun 4-3-1-2 ketika tampil di Eropa.

Hasilnya di Eropa, Juventus menjadi garang. Tahun 2015, Alegri berhasil membawa Juventus menjadi finalis Liga Champions setelah di final mengalahkan tim raksasa nan ofensif asal Spanyol, Real Madrid. Walaupun harus kalah di final 1- 3 dari Barcelona yang lagi berbulan madu dengan aksi menyerang trisula mautnya MSN (Messi, Suarez,Neymar) , tetapi Juventus yang ini patut dipuji dan diwaspadai.

Tahun lalu walaupun terhenti di babak 16 besar oleh Bayern Muenchen, tetapi klub berjuluk FC Hollywood itu harus ketar-ketir menahan gelombang serangan Juventus yang sempat unggul 2 gol di kandang angker Bayern,Allianz Arena. Meskipun akhirnya, Juventus yang sudah lelah harus kemasukan 2 gol tambahan di babak perpanjangan waktu.

Allegri lebih bervariasi daripada Conte. Sumber Gambar : BA
Allegri lebih bervariasi daripada Conte. Sumber Gambar : BA
Memasuki 2017, Juventus merubah formasi lagi menjadi lebih ofensif dan dinamakan formasi super ofensif. Allegri membuat Juventus bermain dengan 4 penyerang sekaligus  dalam formasi 4-2-3-1. Higuain menjadi penyerang tunggal dan disokong 3 pemain lain yang bernaluri menyerang, Mandzukic, Dybala, dan Cuadrado.

Sebuah formasi yang diakui oleh Allegri sebagai ide gila namun sangat memuaskan. “Semua orang terlibat permainan dan menunjukkan performa apik sebagai tim. Ini adalah tim yang secara teknik bisa menghadapi siapapun dan mempunyai kemampuan untuk sukses di Eropa” kata Allegri yakin akan formasi All-Starnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun