Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengolah Sampah Menjadi Berkah

8 Oktober 2019   12:46 Diperbarui: 8 Oktober 2019   17:23 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah plastik adalah limbah yang harus di tangani dengan cara yang tepat. Karena bahan ini membutuhkan waktu 100 tahun baru akan hancur dan terurai kembali. Problem sampah plastik memusingkan banyak negara, termasuk Indonesia. 

Saya pernah membaca salah satu blog Asrul Husein kalau gak salah, beliau termasuk pionir dalam hal dunia sampah ini. Melalui tulisan ini, saya ingin mengajukan suatu usulan cara mengatasi problem sampah plastik, khususnya eks botol minuman, gelas plastik, dan sejenisnya.  Langkah yang akan kita lakukan:

Pertama: Membentuk bank sampah di setiap daerah Kelurahan, Kecamatan, seluruh Indonesia. 

Bank Sampah ini menampung dan menerima sampah plastik, kemudian menghargainya dalam bentuk imbal balik, misalnya di Surabaya, bisa jadi tiket naik bis gratis dalam kota.  Atau dalam bentuk sebungkus sabun cuci pakaian, pewangi cucian, sabun mandi, odol, shampo, gula, garam, yang merupakan keperluan sehari-hari rumah tangga. Dengan cara ini, saya yakin, ibu-ibu rumah tangga tak akan lagi buang sampah sembarangan, terutama sampah plastik nya. (baca di sini)

Kedua: Membuat sentra tempat pengolahan sampah plastik di semua TPA. 

Bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup. Kebetulan ada rekanan kami yang mampu membuat mesin nya, mesin pencacah plastik, dengan harga per unit berkisar antara Rp.50 juta, menghasilkan cacahan yang siap jual sebanyak 200 kilogram sehari. 6 ton sebulan.

Kelebihan rekan satu ini, selain menyediakan mesin nya, mereka juga menyediakan pelatihan, bagi operator yang  mengoperasikan mesin, mereka juga melakukan pendampingan, bimbingan, konseling , dan   mereka juga  membeli hasil olahan berupa cacahan plastik yang dihasilkan.  Dengan membeli mesin dari nya,  hasil cacahan tadi tidak lagi  repot - repot  mencari pemasaran, karena sudah di pastikan ada penampung nya. Ada yang beli, dan pasti. Peluang Ini bisa di kembang kan di banyak titik, dan dapat tumbuh menjadi peluang bisnis UKM dengan modal kecil, sumber bahan baku melimpah, pemasaran stabil, menyelamatkan lingkungan, menciptakan kebersihan, dan menuju Indonesia Go Green and Zero Waste.

Bentuk mesin lain yang bisa ditempat kan di semua TPA, adalah yang seperti ini. Menggunakan bahan bakar sampah. Tidak menggunakan  minyak solar atau bensin. Mesin ini juga diciptakan oleh anak bangsa sendiri, dengan teknologi tepat guna. Lihat video nya , berikut ini :

Mesin ini mampu membakar habis 1000 ton sampah dalam tempo 1 jam. Out-put-nya berupa listrik yang dapat dijadikan penerangan di areal itu sendiri, paling tidak sudah memberikan gambaran bahwa sampah, bisa diubah menjadi energy listrik, dan ini hasil karya anak bangsa sendiri. Hebat bukan?

Ketiga: Perlunya kampanye besar-besaran, melebihi besarnya anggaran kampenya Caleg dan Presiden kalau perlu. 

Kesadaran tentang masalah per sampahan ini harus di ciptakan sebagai momok yang mengerikan bagi masa depan. Perlu ditanamkan penting nya mengolah sampah dengan benar.  Membuang sampah pada tempatnya, jangan sembarangan. Memisahkan sampah plastik dengan sampah organik yang bisa diurai oleh bakteri pembusuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun