Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pancasila dalam Film "Lima"

1 Juni 2018   19:51 Diperbarui: 19 Juni 2018   07:07 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trailer film lima

Hari lahir Pancasila libur resmi. Mau ngapain? Pertanyaan ini bisa juga menjadi refleksi, bertahun-tahun ini, kenapa baru 2-3 tahun terakhir hari lahir Pancasila diliburkan? Bukannya Pancasila lahir sudah sejak sebelum kemerdekaan Indonesia? 

Belajar Pancasila di masa ini, bukan seperti pada masa saya masih SD, SMP, SMA dan kuliah. Pada masa tersebut, Pancasila ditekankan sedemikian rupa. Membosankan tetapi faktanya tidak terlupakan. 

Di hari lahir Pancasila tahun ini 2018, saya mendapat kesempatan nonton bareng film Lima bersama Shopback. Film ini diproduksi oleh Lola Amaria dalam rangka menyambut hari lahir Pancasila ini. Film ini berbicara tentang Tuhan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan. 

Sebagai penonton, saya merasa disuguhi kondisi perbedaan keyakinan di Indonesia dengan apik dan harmonis. Film yang disutradarai oleh 5 orang ini, berangkat dari 5 kisah yang didasarkan pada 5 sila dalam Pancasila. Film ini merupakan salah satu upaya untuk sosialisasi demi menguatkan nilai Pancasila di luar metode biasa. 

Foto ini didapat dari twitter dengan #filmlima
Foto ini didapat dari twitter dengan #filmlima
Uskup dari keuskupan Agung Jakarta saja merekomendasikan film ini ditonton dan banyak penggalangan nonton bareng di kalangan remaja dan pemuda gereja. Hal ini tak ayal membuat saya penasaran. 

Film yang berdurasi 110 menit ini bercerita tentang keluarga Ibu Maryam yang meninggal dunia, setelah sakit. Menarik bahwa dalam film ini diceritakan bahwa anak anak ibu Maryam ternyata mempunyai agama yang berbeda yang rupanya jika saya pahami didasarkan bahwa suami ibu Maryam ternyata berbeda agama. 

Pemakaman ibu Maryam sempat menimbulkan perdebatan di antara anak anak ibu Maryam. Bicara tentang proses pemakaman menjadi pembicaraan perihal hubungan manusia dengan Tuhan. 

KeTuhanan digambarkan sebagai hubungan privat. Dalam keluarga sekalipun, sehingga ada rasa hormat pada kepercayaan satu sama lain. Fara, Aryo, dan Adi sekalipun berbeda kepercayaan hidup rukun.  Keluarga ini juga memanusiakan asisten rumah tangganya yaitu bi Ijah.

Bicara Persatuan Indonesia dalam bagaimana tidak membedakan ras dan suku di negara ini.

Musyawarah ditampilkan dalam penyelesaian konflik di keluarga. Bila dilihat pada trailer, konflik muncul saat ada masalah warisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun