Setelah kick off pertama Liga 1 PSSI dilaksanakan dengan pertandingan pembuka antara AREMA vs PERSIB pada tanggal 15 April 2017, saya senang bisa menonton pertandingan sepak bola klub klub Indonesia. Meski pertandingan masih dibawah kelas dari liga liga dunia, tetapi saya senang bisa melihat pemain pemain muda dan senior serta  pemain asing ditambah lagi pemain marquee yang merupakan pemain asing tambahan yang mempunyai nilai tambah bagi sepakbola kita.
Ada catatan setelah beberapa minggu ini pertandingan pertandingan digelar, ada pemain muda baru yang cukup menjadi di klub yang hadir dalam Liga 1 ini seperti Billy Keraf , Febri Haryadi, Ridwan Tawainella dan pemain pemain yang pernah bergabung di timnas U19 dan U23 lainnya. Â Pemain asing juga tidak kalah kwalitasnya seperti Essien, Wiljan Pluim serta pemain naturalisasi seperti Gonzales dan lain.
Catatan skill pemain cukup baik dalam dribbling membawa bola, tetapi merupakan kebiasaan dari pemain pemain lokal kita yang gemar membawa bola dari lapangan tengah menuju kotak 16 dari gawang lawan, yang berakibat kelelahan karena sprint dan membawa bola tentunya menyita tenaga. Setelah membawa sampai kotak 16 pasti akan dilakukan shooting ball yang menghasilkan hasil sia sia, karena bola melambung jauh atau sampai ke kiper lawan tanpa tenaga lebih seperti mengumpan daripada hasil shooting keras. Kalau kita melihat pemain pemain luar setelah dribbling pasti menahan dan melihat pemain kawan di posisi lain yang mana lebih menguntungkan daripada shooting langsung ke gawang, sehingga hasil dari menunda sedikit dengan memutar rotasi bola dapat memberikan peluang lebih baik.Â
Dalam pola mengumpan juga banyak pemain pemain kita sering terburu buru, dan ini menjadi catatan yang terpola juga dalam timnas kita. Mengumpan dari pertahanan sendiri ke pemain depan yang tidak terlalu tinggi dan dijaga oleh pemain belakang yang tinggi kebetulan pemain pemain asing banyak ditempat di posisi ini tentunya akan menjadi sia sia dibanding kita melakukan umpan dari kaki ke kaki. Pelatih Jajang Nurjaman dari Persib melihat kondisi pemain dan jarang menginstruksikan pemainnya untuk melakukan umpan umpan panjang gaya sepakbola Inggris, meski tim tim di Liga Inggris juga sudah sedikit meninggalkan gaya seperti ini.
Liga Nasional tentunya gambaran jelas terhadap Timnas sendiri, seharusnya ada pola bermain yang disepakati sebagai kerangka timnas di klub klub liga seperti di negara Eropa seperi Jerman dengan gaya kolektifnya, Italia dengan pola bertahannya, Brasil dan Argentina dengan umpan dari kaki ke kaki.Â
Catatan akhir saya sebagai penonton adalah adanya kesempatan pemain muda untuk bermain di Liga Utama sehingga menambah jam terbang dalam bermain, dan mengasah skill mereka.Â
Mungkin ini catatan saya sebagai penonton sepak bola nasional, dan yang menginginkan timnas kita mempunyai pola bermain yang khas sebagai Timnas Indonesia bukan dari pola pelatih timnas yang berganti pola  dari gaya Jerman, Belanda, Inggris dan sekarang adalah Spanyol...
Bravo Sepak Bola Indonesia...