Mohon tunggu...
Ginanjar Wahyu
Ginanjar Wahyu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Semen Nasional Menopang Program Infrastruktur

27 Maret 2017   16:40 Diperbarui: 27 Maret 2017   17:00 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Tempo.co

Indonesia akan terus tertinggal dari segi pelayanan infrastruktur dari negara-negara Asia lainnya. Oleh sebab itu, pemerintah terus berupaya untuk mempercepat pembangunan infrastuktur guna mengejar ketertinggalannya tersebut.

Pembangunan infrastruktur harus didukung oleh ketersediaan semen sebagai salah satu komponen terpenting. Apa yang dicapai pemerintahan Joko Widodo hingga tahun 2016 lalu, yang berhasil mempercepat pembangunan jalan nasional sepanjang 2.225 km, jalan tol sepanjang 132 km dan jembatan sepanjang 16.246 m, atau sebanyak 160 jembatan, tidak lepas dari ketersediaan semen.

Pembangunan jalan nasional sepanjang 703 km, jembatan sepanjang lebih dari 8.452 m, demikian pula pembangunan perkeretaapian, baik di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, maupun Sulawesi, juga membutuhkan dukungan ketersedian semen. Begitu pula program tol laut, dimana pemerintah menetapkan 24 pelabuhan sebagai Simpul Jalur Tol Laut, dan juga 47 pelabuhan non-komersil dan 41 pelabuhan, semuanya itu membutuhkan semen.

Program pemerintah dalam membangun infrastuktur ini tentu akan terganggu jika masyarakat masih terus menjegal dengan aksi-aksi penolakan atas pembangunan pabrik semen di Rembang dengan dalih penyelematan lingkungan semata.  Sebab, semen adalah komponen yang sangat penting dalam pembangunan infrastruktur. Jika pembangunan pabrik semen yang jelas milik BUMN itu dilarang, lantas apakah kita harus impor semen dari asing?

Jika memang kita memilih untuk mengimpor semen, tentu hal lain yang harus dipertimbangkan adalah semakin beratnya neraca perdagangan dan akan membebani devisa negara. Oleh sebab itu, pembangunan pabrik semen milik PT Semen Indonesia di Rembang perlu didukung agar sekiranya pemerintah tidak menanggung beban yang bisa merugikan ekonomi negara.

Kebutuhan semen di Indonesia akan terus meningkat. Pada 2017, konsumsi semen di Tanah Air diproyeksikan mencapai 84,96 juta ton, naik dari tahun 2012 yang masih sekitar 54,96 juta ton. Oleh karena itu, Indonesia harus menggiatkan investasi industri semen, agar bisa memenuhi permintaan yang terus naik di dalam negeri. Jika tidak, kebutuhan yang terus meningkat, maka akan diisi semen impor dari Vietnam, Thailand dan Malaysia yang telah kelebihan produksi.

Memang benar, tidak ada satu pun pembangunan yang tak berdampak, begitu juga dengan pembangunan pabrik semen di Rembang. Namun, hal seperti itu tinggal bagaimana kita mengendalikan dampak tersebut, supaya tejadi keseimbangan antara peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan dampak pembangunan yang dikhawatirkan akan muncul seperti masalah lingkungan ataupun masalah sosial. Jika semua sudah aman dan terkendali, maka tidak ada alasan bagi masyarakat untuk mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun