Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini Kata Mereka tentang Sekolah Favorit

20 Juni 2019   20:04 Diperbarui: 21 Juni 2019   06:13 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiruk pikuk zonasi mengakibatkan banyak sekolah, guru, orang tua terlebih siswa menjadi baper gak ketulungan. Terutama mereka yang merasa sangat layak masuk ke sekolah favorit namun karena terkendala lokasi rumah, tidak berada dalam radius yang disyaratkan, lalu gagal memasuki sekolah pilihan.

Gundah gulana, macam orang putus cinta, serasa dunia mau kiamat saja. Padahal loh tanpa masuk sekolah favorit dia masih bisa bersekolah sesuai jenjang yang seharusnya. Kalau yang diinginkan kompetisi dengan anak pinter okelah, tidak ada jaminan bahwa di sekolah yang masuk zona wajib peserta didiknya pandai semua. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kompetisi justru akan terjadi di sekolah yang tak dianggap favorit ini. Lha kalau misalnya input siswa kebetulan pinter semua kan bisa berkompetisi to?

Kembali ke soal sekolah favorit. Sebetulnya parameternya apa sih sehingga disebut favorit?

Nasrudin Hilmi, praktisi pendidikan yang juga mengajar di SMPN 1 Mojoanyar Mojokerto  sekaligus sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Mojokerto mengatakan, " Salah satu parameternya adalah sekolah yang sudah lama berdiri. Yang tentu saja dari sisi fasilitas sudah lama dimanjakan dan diutamakan  bahkan oleh pemerintah sendiri."

Untuk hal tersebut dia meminta cek daerah masing-masing. Sedangkan menurut saya, kalaupun tidak demikian, setidaknya sekolah itu memang mempunyai fasilitas lebih baik, secara pungutan bisa jadi lebih mahal dari sekolah biasa. Mengingat peminat sekolah favorit rerata tidak keberatan membayar iuran mahal. Atas nama komite yang pengurusnya mayoritas orang berada atau berkuasa.

Lebih jauh tentang peserta didik di sekolah favorit yang kebanyakan diisi kalangan menengah ke atas ini teman saya, Tuan Ed, begitu saya biasa memanggil menuturkan hasil investigasinya.

Fakta di lapangan, Seorang gubernur  dalam pidato sambutan penganugerahan pengawas dan guru berprestasi pernah menyampaikan bahwa, di SMA favorit itu banyak anak pejabat yang sesungguhnya tidak pintar banget tapi bisa masuk karena koneksi. Ini diketahui  setelah beliau sudah jadi gubernur berdasarkan informasi dari stafnya. Untungnya pada masa lalu anak pak gubernur tidak mau masuk sekolah negeri. Malah minta masuk sekolah swasta, jika wkt itu anak pak gub juga masuk ke SMA favorit itu, bisa jadi dapat  dituduh menitipkan anaknya. Tapi ini di luar Jawa lo, kalau di Jawa pasti lebih baik. Maksudnya lebih baik dan lebih canggih cara nitipkan anak pejabat. Hehe

Lalu bagaimana dengan prestasi?
Parameter favorit hari ini dihubungkan dengan prestasi nilai akhir yang tinggi

Tentang hal ini  Nasrudin menjelaskan, "Yang dipertanyakan inputnya. Jika input bagus pasti output bagus. Selama ini sekolah favorit selalu  'berhasil' merekrut input yang bagus. Maka wajar jika output juga bagus."

Oke, saya sepakat dengan pendapatnya. Pengalaman salah satu teman saya yang juga wakil direktur Pascasarjana PTN menuturkan pengalaman menyekolahkan anaknya di sekolah favorit. Mereka, para guru itu sebetulnya biasa saja dalam mengajar,  tapi karena siswanya memang kompetitif, ingin selalu mempunyai nilai tinggi, maka hasil belajar mereka ketika ujian juga memuaskan.  Siswa kebanyakan mengikuti les di luar sekolah disamping melibatkan orang tua ketika mengerjakan tugas dari sekolah.

Kembali ke masalah zonasi, mengikuti pendapat bapak Hariadi, pengamat pendidikan Jawa Timur, Guru PAI SMAN 4, serta Instruktur  Kurikulum 2013 MAPEL PAI Tingkat Kab/Kota  mengatakan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun