Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Afi, Sosmed dan Mimpi Remaja

9 Juli 2017   13:46 Diperbarui: 9 Juli 2017   15:15 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini

Lepas dari perseteruan politik mengenai Afi Nihaya Faradisa yang belakangan dianggap plagiator, sebagai orang tua yang memiliki anak menjelang remaja, ingin menyumbangkan sedikit pemikiran, bahwa medsos memang dunia yang kejam bagi anak-anak (remaja). Orang dewasa saja bisa stress ketika di bully apalagi anak-anak (remaja) yang sedang belajar menapaki kehidupan.

Hanya Tuhan yang tahu apakah benar tulisan berjudul Warisan adalah tulisan Afi Nihaya. Artikel yang diposting di Facebook kemudian menjadi viral. Tulisan mengenai toleransi itu menjadi topik yang menarik di dunia maya, bahkan sampai ke dunia nyata.

Setiap orang pasti mengacungkan jempol bila memang bocah remaja itu bisa menuliskan artikel yang begitu cemerlang. Dengan pembahasan yang saat itu sedang sensitif pula. Tapi nanti dulu, saya sedikit ragu, karena tulisan itu menggunakan pemilihan kata yang cukup dewasa. Tetapi saya pendam saja, takut nanti sebagai penulis saya dianggap iri atau cemburu melihat kepopuleran Afi yang begitu mendadak.

Afi pun menjadi sasaran buliying ketika ada yang menemukan bukti bahwa tulisan berjudul Warisan itu bukan merupakan tulisan Afi, tetapi dia copas dari pengguna Facebook lain. Saya sendiri ngeri membaca komentar-komentar yang menyerang Afi. Dengan usianya yang masih muda, gadis itu mengalami guncangan, lalu kembali memposting video pendek mengenai bullying.

"Eh ketahuan pula kalau itu hanya menjiplak, video mengenai bullying yang diunggah orang bule."

Mungkin niatnya membuat video adalah ingin membela diri, setidaknya agar bullying kepada dirinya dihentikan, kesalahannya adalah kenapa menggunakan kalimat persis seperti apa yang dikatakan oleh video bule itu. Sehingga makin meyakinkan orang bahwa Afi --maaf-- emang suka menjiplak.

Afi adalah tipologi anak remaja masa kini yang sedang menikmati indahnya berselancar di medsos. Tidak ada yang tahu apa motivasinya menampilkan diri sebagai seorang penulis remaja. Mungkinkah ingin populer, atau memang gerah dengan situasi politik yang memanas belakangan ini.

Kita pasti ingat remaja Dijjah Yellow yang menjadi populer dalam sekejap di dunia maya karena suka mencaci maki artis yang sudah terkenal. Dijjah dengan wajah yang maaf, kurang menarik itu ingin merebut kepopuleran yang dimiliki oleh artis lain. Namun apa hasilnya, kekurangannya itu justru menuai bully.

Beberapa bulan yang lalu sempat viral seorang remaja cabe-cabean yang tampil vulgar di Instagram. Dengan gaya seronok dia membuat video pendek yang disebarluaskan di Instagram. Apa enggak kaget coba kalau sampai ketahuan guru atau orang tuanya.

Anak-anak itu pun kalau dilihat sekilas, bukan dari keluarga berada. Mereka anak-anak yang mengira bahwa medsos adalah ajang untuk meraih mimpi-mimpi mereka. Mungkin iya, tapi bisa sebaliknya, justru menuai bully. Masya Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun