Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehangatan Ramadhan

6 Juni 2016   08:32 Diperbarui: 6 Juni 2016   09:00 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Senin ini, kita mulai memasuki bulan ramadhan. Bulan sakral, bulan penuh keberkahan bagi kaum muslimin di seluruh dunia.

Ramadhan tahun ini, hangat seperti tahun-tahun sebelumnya. Menjadi bulan yang sangat berarti juga dinanti oleh kaum muslimin. Banyak sekali momentum yang terasa magis di bulan ramadhan ini.

Kita melihat binar keceriaan di banyak pihak, bukan hanya kaum muslimin. Beberapa sahabat saya yang non muslim ikut berbahagia, ikut menyelamati datangnya bulan ramadhan. Mereka juga ikut menantikan sajian khas ramadhan, juga ikut berbuka bersama, momen yang penuh keceriaan, berbaur walaupun tak ikut berpuasa.

Jadwal buka puasa tersusun baik yang direncanakan maupun dadakan. Mulai dari teman SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, teman yang jadi tetangga di rumah, keluarga, semua menunggu antrian berbuka bersama. Saling bertemu, bersilaturahmi, dan memanjangkan keceriaan. Ramadhan menjadi saat yang sangat membahagiakan.

Shalat Tarawih bersama di masjid misalnya kembali mempertemukan kita dengan para tetangga. Yang biasanya tak pernah saling bertemu karena kesibukan sehari-hari.

Menahan diri

Menahan diri adalah kunci pelaksanaan puasa di bulan ramadhan. Menahan diri bukan sesuatu yang mudah. Menahan lapar dan haus merupakan level yang paling rendah. Hampir semua orang bisa melalui tahapan ini. Persiapan menahan lapar dan haus adalah makan dan minum yang cukup di waktu sahur, juga berbuka.

Pekerjaan menahan diri berarti berkaitan dengan diri sendiri, manajemen hati. Sulit sekali untuk tidak emosi, bergunjing, iri hati, juga hasrat keduniaan lainnya.

Menahan diri berarti tak iri terhadap mereka yang tak berpuasa. Tak perduli orang makan minum dihadapan kita. Juga tak marah-marah jika ada orang tetap berjualan di bulan puasa. Juga tak menuntut hormat dari mereka yang tak berpuasa.

 Apalagi di negeri yang beragam ini. Tak semua saudara kita ikut berpuasa. Menahan diri berarti menguatkan jiwa memperjuangkan ibadah puasa kita karena keyakinan, bahwa kita akan mendapat banyak kebaikan dari puasa yang kita lakukan. Kita tak perlu menuntut apa-apa dari orang di luar diri, karena kitalah yang berkewajiban menahan diri, memperkuat diri.

Introspeksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun